Minggu, 11 November 2018

This Is The End - Seth Rogen & Evan Goldberg


Pesta Pora lalu Kiamat adalah Perubahan Atmosfer yang Drastis

Judul Film: This Is the End
Sutradara: Seth Rogen & Evan Goldberg
Pemain: Seth Rogen, Jay Baruchel, James Franco, Jonah Hill, Danny McBride, Craig Robinson
Rumah Produksi: Mandate Pictures, Point Grey Pictures
Distributor: Columbia Pictures
Tahun Rilis: 2013

Kalau menyukai karya seorang seniman, saya cenderung penasaran dengan karya-karya lain seniman itu. Menurut saya, betapa menghiburnya Superbad yang naskahnya ditulis Seth Rogen & Evan Goldberg sehingga saya berkali-kali menontonnya. Baik itu menyaksikannya dari awal maupun dari tengah-tengah dan dilewat-lewat. Makanya saya mencicipi film debut mereka sebagai sutradara, This Is the End.

Jujur saja, walaupun dibintangi sejumlah nama besar di Hollywood, film ini tidak segreget Superbad. Barangkali gara-gara gagasan dasarnya kelewat fantastis sementara penggarapannya kurang kolosal: para bintang Hollywood yang memerankan dirinya sendiri dalam versi yang kadang kelewatan, harus menghadapi semacam hari kiamat. Meskipun demikian, ada hal yang membuat film ini menang dari Superbad. Dan saya amat menikmatinya. Hal itu adalah lompatan-lompatan atmosfernya.

Atmosfer pertama yang menjadi titik tolak film ini adalah pesta pora. Sebab setelahnya semuanya berubah sama sekali. James Franco mengadakan pesta untuk merayakan rumah barunya di Los Angeles. Para seleb Hollywood, termasuk Michael Cera yang bersikap amat bertolak belakang dengan personanya selama ini, membanjiri pesta itu. Bagian ini menampilkan adegan pesta rumahan ala Hollywood: penuh zat memabukkan, sesak oleh suara musik, obrolan, dan tindakan-tindakan gila para pecandu pesta. Meskipun tidak persis terjadi pada sekuen pesta itu, adegan James Franco meludeskan seluruh sisa persediaan bahan maboknya menggambarkan benar gegap gempita itu. Dengan gerak lambat dalam polesan warna neon ala diskotik dan diiringi “Gangnam Style”, semua kegilaan itu menjadi amat gemilang. Satu lagi unsur tipikal adegan pesta Hollywood: orang yang merasa amat terpencil di tengah keramaian pesta itu. Dalam hal ini, orang itu adalah Jay Baruchel.

Selanjutnya, atmosfer mencekam ala-ala film sintas di tempat terpencil dengan sumber daya makin menipis. Tempat terpencil itu adalah (lagi-lagi) rumah James Franco yang agaknya menjadi latar sebagian besar film ini. Serangkaian kejadian yang menyerupai kiamat mengubah atmosfernya dari tempat pesta menjadi tempat terpencil. Meskipun para tokoh memilih tinggal di sana karena menganggapnya paling aman, tempat itu justru jadi ladang ketegangan dengan pencahayaan temaramnya. Makanan yang menipis memperburuk keadaan. Para penyintas saling berahasia. Dan rahasia itu bukan rahasia yang bagus. Konflik antartokoh itu akhirnya meledak karena tindakan-tindakan Danny McBridge sang pengacau suasana: menghamburkan persediaan seenak jidat, berbicara sembarangan, dstml. alias dan serangkaian tindakan menyebalkan lainnya. Oya, pada bagian ini ada satu momen mencekam yang dipelintir sehingga jadinya amat kocak, yakni adegan penghormatan pada The Exorcist dan komentar yang amat sadar atas tindakan itu.

Lalu, atmosfer kiamat itu sendiri. Serangkaian peristiwa dahsyat yang menggoncang suasana dalam film ini mengikuti pakem film tentang kiamat. Bumi belah-belah dan memuncratkan api dan menelan orang-orang. Makhluk-makhluk yang tampaknya terbuat dari api bergentayangan mengusik ketentraman. Bahkan pada mulanya kabut panas menutupi pandangan di luar rumah. Rasanya neraka pindah ke bumi. Yang kemudian menjadi kocak adalah cara orang-orang baik diselamatkan dan dinaikkan ke surga. Mereka ditarik ke langit oleh suatu cahaya seperti cahaya dalam film UFO. Dan itu memakan waktu. James Franco yang ditarik ke langit setelah mengorbankan dirinya demi teman-temannya justru dijatuhkan lagi ke bumi karena dia mengolok-olok orang selama proses penarikannya itu.

Peristiwa yang seperti kiamat itu ternyata bukan akhir dunia. Sebab, masih ada orang yang hidup setelahnya. Meskipun demikian, atmosfernya seperti film pos-apokalips semacam Mad Max atau Tinju Bintang Utara. Manusia menjadi kanibal lengkap dengan dandanan berjaket kulit berduri-duri dan bertopeng. Tidak lupa mobil gedenya, bangunan-bangunan roboh, dan puing-puing yang terbakar. Walaupun tidak se-pos-apokalips film-film kanonnya, atmosfer pos-apokalips dalam film ini sama menonjolnya dengan dua atmosfer sehingga sehingga tidak mungkin saya lewatkan.

Permulaan film ini berisi adegan-adegan yang mengisyaratkan bahwa hubungan pertemanan Jay Baruchel dan Seth Rogen adalah unsur penting. Tapi barangkali Seth Rogen dan Evan Goldberg merasa sudah beres berurusan dengan tema “hubungan dua sahabat” pada Superbad. Jadilah masalah yang digarap secara kurang mengesankan itu sebuah kecohan untuk menghanyutkan kita ke dalam atmosfer-atmosfer yang hiperbola itu. Dan kali ini saya menggunakan istilah hiperbola untuk pengertian yang positif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar