Minggu, 04 November 2018

Learn Japanese To Survive (Hiragana Battle & Katakana War) - Sleepy Duck


Belajar Kana Belum Pernah Sepenuh Aksi Begini
 
Judul Gim: Learn Japanese To Survive (Hiragana Battle & Katakana War)
Pengembang: Sleepy Duck
Tahun Rilis: 2016 & 2017


Zaman sekarang belajar dikemas dalam bentuk permainan supaya lebih memikat. Bergembiralah kamu yang ingin belajar huruf kana. Sebab beberapa tahun belakangan ini Sleepy Duck amat gencar menggalang udunan untuk membuat pelajaran hiragana, katakana, bahkan kanji dalam bentuk seri gim RPG berjudul Learn Japanese To Survive. Karena seri kanji baru keluar awal Agustus lalu, saya baru bisa bahas dua seri awal. Tapi jangan kuatir. Seri Hiragana Battle dan Katakana War amat manjur dalam meningkatkan kenikmatan belajar Bahasa Jepang.

Gim ini menafsirkan judul Learn Japanese To Survive secara harfiah. Sebab memang para tokohnya harus belajar Bahasa Jepang supaya sintas. Plot dasarnya adalah monster-monster berwujud aksara Jepang itu—yang disebut hiragana warrior pada satu kesempatan dan obake pada kesempatan lain—menyerang tempat kamu berada dan satu-satunya cara untuk mengalahkan mereka adalah dengan mengejanya sedangkan kamu sama sekali asing dengan aksara itu. Seiring perjalanan kamu makin terlibat dengan upaya melawan mereka sampai-sampai kamulah yang paling berdaya untuk mengenyahkan sumber malapetakanya.

Plot dasarnya membuat rangkaian pelajaran kana terasa lebih berarti. Konon ketika belajar bukan sekadar untuk mengingat informasi, melainkan untuk mencapai tujuan lain yang lebih besar, orang akan lebih antusias. Dalam kasus ini, saya memang jadi lebih antusias karena ingin membasmi monster.

Latarnya pun turut memincut saya untuk menghabiskan waktu lama memainkan gim ini. Sementara Hiragana Battle itu lebih seperti RPG fantasi tradisional dengan latar di suatu negeri antah-berantah dan tokoh-tokoh yang memakai pedang, panah, tombak, dan keling, Katakana War berlatar masa kontemporer dengan kisah tentang para turis yang terjebak di tengah-tengah invasi obake berwujud katakana. Kamu bisa memainkan seorang tukang kue yang senjatanya adalah resep sampai mahasiswa pertukaran pelajar yang menggunakan gitar sebagai senjata. Menurut saya Katakana War dengan tokoh beragam profesi masa kini lebih terasa dekat.

Dari tadi saya baru bicara tentang hal-hal yang meningkatkan motivasi belajar Bahasa Jepang dalam kedua gim ini. Lantas bagaimana dengan pelajaran bahasanya sendiri?

Dengan menghadirkan satu tokoh guru dalam setiap seri, Learn Japanese memberikan celah plot untuk menghadirkan adegan belajar di kelas. Memang ada sejumlah sesi belajar konvensionalnya. Semuanya dipakai untuk membahas huruf AKASATANAMAYARAWAN plus dakuten dan handakutennya. Topiknya adalah cara menulis dan bunyinya. Sesekali pada sesi itu terdapat pengayaan kosakata untuk tema-tema tertentu, seperti kendaraan, binatang, dst.. Jadi memang kita disarankan untuk mencatat. Semua huruf tadi dipecah ke dalam sepuluh kali pelajaran. Pemecahan itulah yang membuat saya makin gemas ingin terus memainkannya dan mempermudah ingatan.

Ada banyak video ‘belajar hiragana/katakana dalam 1 jam’ di Youtube. Tapi kecuali kamu punya daya ingat yang amat baik, kalau belajar 1 jam doang dan seterusnya tidak diingat-ingat ya tetap saja lama-lama lupa juga. Nah di sinilah letak kekuatan serial ini. Learn Japanese menggantikan peran flash card dan turunan digitalnya untuk melatih ingatan tentang huruf Jepang. Sebab tiap kali kamu bertempur melawan aksara-aksara tadi sebenarnya kamu sedang menajamkan ingatanmu tentang bunyinya.

Dalam RPG umumnya pilihan utama untuk menyerang adalah ‘Attack’. Tapi yang ada di sini adalah ‘Answer’. Sebab konon para monster aksara itu hanya bisa dikalahkan dengan dieja. Maka ketika kamu memilih ‘Answer’ akan muncul pilihan seperti ketika kamu ingin merapal sihir dalam RPG konvensional. Bedanya, pilihan yang tertera bukanlah heal, firebolt, atau semacamnya (walaupun kamu juga punya pilihan untuk menggunakan sihir-sihir macam itu), tetapi serangkaian ejaan dari huruf-huruf yang sudah kamu pelajari. Jadi kamu harus memilih ejaan yang tepat dengan wujud aksara yang kamu lawan. Kalau lawanmu adalah ya kamu harus memilih ‘Ka’. Sebab kalau tidak tepat, sekuat apa pun kamu, percuma saja.

Salah satu mekanisme yang amat berpengaruh terhadap pelajaran adalah cara kamu bertemu musuh. Dalam Hiragana Battle mekanisme yang dipakai adalah random encounter alias selama kamu berada di area bermusuh, kamu bisa saja ujug-ujug bertemu musuh. Dalam Katakana War, kamu bisa melihat sosok musuh bergentayangan. Jadi jumlah musuh di suatu area sudah pasti dan kamu bisa menghindarinya tanpa perlu harus masuk mode tempur dulu. Meskipun konon tempur ujug-ujug itu dianggap sebagai salah satu mekanisme yang menyebalkan, saya mendapati justru itulah yang membuat saya lebih sering berjumpa aksara-aksara itu sehingga lebih hapal. Katakana War berisi terlalu sedikit musuh. Mungkin itulah kenapa sang pengembang menyediakan semacam arena tempur tersendiri bagi orang-orang yang ingin menajamkan ingatannya dengan lebih banyak bertempur.

Satu lagi soal tempur, Katakana War lebih efektif dalam penempatan musuh. Soalnya dalam Hiragana Battle aksara-aksara tertentu secara spesifik hanya ada di area tertentu. Jadi misalnya musuh dalam gerombolan KAKIKUKEKO hanya ada di area KAKIKUKEO. Itu ada di awal-awal permainan. Kalau di tengah-tengah gim kamu lupa dengan wujud dan ejaannya, harus balik lagi ke sana atau setidaknya lihat catatan. Dalam Katakana War memang ada penempatan gerombolan di area khusus. Tapi pertempuran di sana selalu dilibati oleh aksara-aksara dari gerombolan lain yang sudah pernah dipelajari.

Tadi saya bilang soal pengayaan kosakata. Selain menyelip dalam sesi belajar aksara di kelas, kita juga bisa menemukan pelajaran tambahan pada misi-misi sampingan. Saya paling suka kalau misi tambahannya adalah sang NPC meminta kita mencari sesuatu yang dituliskan dalam huruf latin tapi benda yang dimaksud ternyata dinamai dalam huruf katakana atau hiragana, atau sebaliknya. Katakana War berisi lebih banyak pengayaan kosakata daripada Hiragana Battle.

Dua seri awal Learn Japanese ini adalah gim yang relatif singkat. Saya menamatkan Hiragana Battle dalam waktu 6 jam dan Katakana War dalam 5 jam lebih. Tapi ya memang saya memainkannya paling antara setengah jam sampai 1 jam per hari. Jadi hitungannya satu minggulah. Menurut saya daripada menelan bulat-bulat seluruh huruf hiragana dan katakana dalam waktu 1 jam secara langsung, 5 atau 6 jam yang dipecah ke dalam beberapa sesi permainan adalah menu yang lebih mudah dicerna. Dan saya kira metode semacam ini manjur. Sebab setelah menamatkan kedua gim itu saya jadi lumayan lancar membaca artikel-artikel dengan huruf hiragana dan katakana pada situs-situs berbahasa Jepang dasar semacam watanoc.com. Jadi kalau kamu ingin belajar Bahasa Jepang dengan lebih santai dan menyenangkan, jajal saja seri Learn Japanese To Survive. Saya sudah main dua. Kamu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar