Juno MacGuff Bisa Menarik Sekaligus Menyebalkan
Judul Film: Juno
Sutradara: Jason Reitman
Penulis Naskah: Diablo Cody
Pemeran: Ellen Page, Michael Cera, Jennifer Garner, Jason
Bateman
Rumah Produksi: Mandate Pictures, Mr. Mudd
Distributor: Fox Searchlight Pictures
Tahun Rilis: 2007
Kadang bukan konflik yang ditonjolkan dalam suatu cerita. Begitulah
kesan saya setelah menonton Juno.
Hamil karena persanggamaan kasual antara dua remaja belasan tahun memang
menjadi titik tumpu cerita. Tapi pada awal cerita saja si gadis kelihatan agak
panik dengan kehamilannya. Begitu dia menemukan pasangan yang hendak mengadopsi
bayinya, dia bersikap biasa saja. Jadi sepanjang film yang mencakup masa
kehamilannya sampai kelahiran bayi itu justru pribadi si gadis yang jadi
menonjol. Maka di sini saya akan menuliskan kesan tentang gadis enam belas
tahun itu.
Juno MacGuff tinggal bersama bapaknya yang pensiunan tentara
dan ibu tirinya yang mengelola salon kuku. Gadis ini marah pada ibu kandungnya
yang cerai dari bapaknya ketika dia berusia lima tahun. Latar belakang inilah
yang agaknya membuatnya jadi orang yang cuek, ceplas-ceplos, dan agak maskulin.
Bayangkan sifat-sifat itu dipadukan dengan selera hipster.
Mark Loring, lelaki yang istrinya ingin mengadopsi bayi dalam kandungan Juno,
adalah saksi kehipsterannya. Juno mengejek pekerjaan Mark sebagai komposer lagu
tema iklan sebagai tindakan menjual diri karena dulu dia adalah personil band
yang pernah sepanggung dengan Melvins, salah satu band bawah tanah yang cukup
besar. Juno mengejek tahun ’93 (zaman jaya musik alternatif) yang dijunjung
Mark dan membanggakan tahun ’77 (zaman jaya punk) seakan-akan dia besar pada
masa itu. Juno mencemooh film berdarah Herschel Gordon Lewis dan
menghebat-hebatkan Dario Argento. Silih ejek itu kemudian menumbuhkan afeksi
antara satu sama lain.
Hubungannya dengan Mark pun menunjukkan sisi cueknya. Dia
seenaknya saja berkunjung ke rumah seorang lelaki beristri ketika istrinya
tidak ada padahal dia sedang mengandung bayi yang didambakan perempuan itu. Dalam
hal ini, sikap cuek itu nyaris menjurus pada kebutaan terhadap tata nilai umum.
Ketika dia diperingatkan ibu tirinya soal kedekatannya dengan Mark, dia sempat
ragu akan sikapnya sendiri. Tapi karena hubungan itu menyenangkan baginya, dia
justru berontak.
Ini pula yang muncul dalam sikapnya terhadap Paulie Bleeker,
bapak bayi yang dikandungnya. Setelah dia mengakui kehamilannya, Paulie
bersikap baik padanya, bahkan tersirat bahwa jejaka itu bersedia menikahinya.
Tapi Juno justru menggusahnya. Tapi ketika Paulie mengajak perempuan lain ke
pesta dansa, Juno merajuk tapi tidak mau mengakuinya. Di sinilah kelihatan
maskulinitasnya. Secara tersirat Juno menganggap diri lebih maskulin dari
Paulie, bahkan Junolah yang berinisiatif untuk mengajaknya bersanggama.
Anggapan inilah yang membuatnya tidak menyambut niat baik Paulie dan tidak
mengakui perasaannya terhadap jejaka itu.
Tapi pada akhirnya hamil dan hubungannya dengan pasangan
Loring mendewasakannya. Lalu dia melakukan hal-hal yang membuat
tindakan-tindakan di atas dimaafkan. Sisi menarik tindakan-tindakan itu
kemudian mengalahkan sisi menyebalkannya.
Lagipula, sejak awal pun dia memiliki sisi yang sepenuhnya
menarik. Dia punya selera yang bagus dalam memilih benda. Lihat saja perangkat
telepon berbentuk burger lucunya. Lihat juga perabotan-perabotan yang dibawanya
ke halaman rumah Paulie sebagai dekorasi untuk mengakui kehamilannya. Semua itu
berutang pada selera hipsternya saya kira.
Selain itu, dia juga mampu mengingat dengan romantis. Cara
dia teringat pada persetubuhannya dengan Paulie karena suatu sofa tunggal. Cara
dia mengagumi Paulie dan kesukaannya akan tic-tac. Momen dia jatuh cinta tanpa
disadarinya terhadap Paulie: karena gambar buatan jejaka itu pada pelajaran
Bahasa Spanyol. Menurut saya, itu manis.
Sebagai penutup saya akan menggunakan sejumlah pandangan
Mark terhadap Juno MacGuff. Juno mengejawantahkan daya hidup yang meletup-letup
dan snobisme. Serupa anak nakal yang pintar ngomong dan sedikit sok. Agak
menyebalkan memang. Tapi bukankah pada anak semacam itu seringkali kita akan
memakluminya dengan bilang,“Namanya juga masih muda.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar