Senin, 08 Oktober 2018

Juno - Jason Reitman


Juno MacGuff Bisa Menarik Sekaligus Menyebalkan

Judul Film: Juno
Sutradara: Jason Reitman
Penulis Naskah: Diablo Cody
Pemeran: Ellen Page, Michael Cera, Jennifer Garner, Jason Bateman
Rumah Produksi: Mandate Pictures, Mr. Mudd
Distributor: Fox Searchlight Pictures
Tahun Rilis: 2007


Kadang bukan konflik yang ditonjolkan dalam suatu cerita. Begitulah kesan saya setelah menonton Juno. Hamil karena persanggamaan kasual antara dua remaja belasan tahun memang menjadi titik tumpu cerita. Tapi pada awal cerita saja si gadis kelihatan agak panik dengan kehamilannya. Begitu dia menemukan pasangan yang hendak mengadopsi bayinya, dia bersikap biasa saja. Jadi sepanjang film yang mencakup masa kehamilannya sampai kelahiran bayi itu justru pribadi si gadis yang jadi menonjol. Maka di sini saya akan menuliskan kesan tentang gadis enam belas tahun itu.

Juno MacGuff tinggal bersama bapaknya yang pensiunan tentara dan ibu tirinya yang mengelola salon kuku. Gadis ini marah pada ibu kandungnya yang cerai dari bapaknya ketika dia berusia lima tahun. Latar belakang inilah yang agaknya membuatnya jadi orang yang cuek, ceplas-ceplos, dan agak maskulin. 

Bayangkan sifat-sifat itu dipadukan dengan selera hipster. Mark Loring, lelaki yang istrinya ingin mengadopsi bayi dalam kandungan Juno, adalah saksi kehipsterannya. Juno mengejek pekerjaan Mark sebagai komposer lagu tema iklan sebagai tindakan menjual diri karena dulu dia adalah personil band yang pernah sepanggung dengan Melvins, salah satu band bawah tanah yang cukup besar. Juno mengejek tahun ’93 (zaman jaya musik alternatif) yang dijunjung Mark dan membanggakan tahun ’77 (zaman jaya punk) seakan-akan dia besar pada masa itu. Juno mencemooh film berdarah Herschel Gordon Lewis dan menghebat-hebatkan Dario Argento. Silih ejek itu kemudian menumbuhkan afeksi antara satu sama lain.

Hubungannya dengan Mark pun menunjukkan sisi cueknya. Dia seenaknya saja berkunjung ke rumah seorang lelaki beristri ketika istrinya tidak ada padahal dia sedang mengandung bayi yang didambakan perempuan itu. Dalam hal ini, sikap cuek itu nyaris menjurus pada kebutaan terhadap tata nilai umum. Ketika dia diperingatkan ibu tirinya soal kedekatannya dengan Mark, dia sempat ragu akan sikapnya sendiri. Tapi karena hubungan itu menyenangkan baginya, dia justru berontak.

Ini pula yang muncul dalam sikapnya terhadap Paulie Bleeker, bapak bayi yang dikandungnya. Setelah dia mengakui kehamilannya, Paulie bersikap baik padanya, bahkan tersirat bahwa jejaka itu bersedia menikahinya. Tapi Juno justru menggusahnya. Tapi ketika Paulie mengajak perempuan lain ke pesta dansa, Juno merajuk tapi tidak mau mengakuinya. Di sinilah kelihatan maskulinitasnya. Secara tersirat Juno menganggap diri lebih maskulin dari Paulie, bahkan Junolah yang berinisiatif untuk mengajaknya bersanggama. Anggapan inilah yang membuatnya tidak menyambut niat baik Paulie dan tidak mengakui perasaannya terhadap jejaka itu.

Tapi pada akhirnya hamil dan hubungannya dengan pasangan Loring mendewasakannya. Lalu dia melakukan hal-hal yang membuat tindakan-tindakan di atas dimaafkan. Sisi menarik tindakan-tindakan itu kemudian mengalahkan sisi menyebalkannya.

Lagipula, sejak awal pun dia memiliki sisi yang sepenuhnya menarik. Dia punya selera yang bagus dalam memilih benda. Lihat saja perangkat telepon berbentuk burger lucunya. Lihat juga perabotan-perabotan yang dibawanya ke halaman rumah Paulie sebagai dekorasi untuk mengakui kehamilannya. Semua itu berutang pada selera hipsternya saya kira.

Selain itu, dia juga mampu mengingat dengan romantis. Cara dia teringat pada persetubuhannya dengan Paulie karena suatu sofa tunggal. Cara dia mengagumi Paulie dan kesukaannya akan tic-tac. Momen dia jatuh cinta tanpa disadarinya terhadap Paulie: karena gambar buatan jejaka itu pada pelajaran Bahasa Spanyol. Menurut saya, itu manis.

Sebagai penutup saya akan menggunakan sejumlah pandangan Mark terhadap Juno MacGuff. Juno mengejawantahkan daya hidup yang meletup-letup dan snobisme. Serupa anak nakal yang pintar ngomong dan sedikit sok. Agak menyebalkan memang. Tapi bukankah pada anak semacam itu seringkali kita akan memakluminya dengan bilang,“Namanya juga masih muda.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar