Punya Anak Itu Tidak Gampang
Judul Film: The Florida Project
Sutradara: Sean Baker
Pemain: Willem Dafoe, Bria Vinaite, Brooklynn Prince
Rumah Produksi: Cre Film, Freestyle Picture Company,
Cinereach, June Pictures
Distributor: A24 Films
Tahun Rilis: 2017
Saya memang belum pernah punya anak. Tapi potong kuping saya
kalau punya anak bukan salah satu pekerjaan tersulit di dunia. Kesulitan itu
berlipat ganda ketika kamu tidak punya pasangan, kekurangan uang, pengangguran,
dan tidak punya kerabat yang bisa dimintai tolong. Begitulah sosok Halley (Bria
Vinaite) dalam The Florida Project.
Kita berjumpa dengan Halley ketika masalah bapak Moonee
(Brooklynn Prince), putrinya, dan tanggapan keluarga Halley terhadap
kehamilannya sudah terlalu basi baginya. Otomatis tidak ada mereka maupun
pembicaraan soal mereka sepanjang film. Yang bisa kita pastikan adalah Halley
dan mereka sudah putus hubungan. Demikianlah kita menemukan dia dan putrinya
itu berdua saja tinggal di sebuah motel yang menyerupai rusun.
Dalam kesunyian tempat itu kita bisa merasakan rasa putus
asa Halley menanti untuk meledak. Sifat emosionalnya adalah salah satu
gejalanya. Mulanya hanya gusar, lama-lama kita melihat dia meledak-ledak. Dia
amat nyolot waktu mulanya Bobby (yang diam-diam sifat kebapakannya dipendarkan
oleh Willem Dafoe) tidak mau memberikan kelonggaran pembayaran sewa. Ketika
Ashley (Mela Murder), yang kelihatannya adalah satu-satunya temannya, tak
kunjung menjelaskan kenapa dia menjauhkan Scooty, putranya, dari Moonee dan
menjauhinya, mula-mula Halley menggertak dengan berlagak beli banyak makanan di
restoran cepat saji tempat Ashley bekerja. Lalu Ashley mengejek keputusannya
untuk melacurkan diri, Halley memukulinya secara membabi buta.
Bisa jadi sifat emosionalnya itu adalah salah satu faktor
yang mengurangi simpati kita padanya. Belum lagi kalau kita menghitung
pembawaannya yang kelihatannya pemalas. Dia bergantung pada Ashley supaya
menyelundupkan makanan dari tempat kerjanya dan kelihatannya sehari-hari dia
hanya leyeh-leyeh main hape di kamar.
Tapi sejumlah sikapnya bisa jadi membuat kita simpati
padanya. Pada mulanya dia bahkan enggan untuk bekerja sebagai penari striptis.
Jadi kita bisa mengerti kenapa dia begitu marah ketika Ashley mengejeknya soal
pelacuran tadi. Dia melakukannya demi mempertahankan hidup dan terutama
mempertahankan Moonee.
Memang adegan-adegan yang menunjukkan ikatan antara Halley
dan Moonee tidak mungkin tidak menimbulkan simpati. Mulai dari adegan
leyeh-leyeh bersama di kasur, bernyanyi dan menari, meniup kue ulang tahun,
sampai adegan Halley mengajak Moonee makan-makan, baik di restoran Ashley
maupun di ruang makan sebuah hotel. Jadi betapa mematahkan hatinya adegan
Halley dan Ashley dipisahkan secara paksa.
Adegan itu benar-benar menjadi klimaks yang meledak-ledak
dalam film yang sebenarnya didominasi keheningan ini. Sebab segala pergulatan
Halley itu pada mulanya berada di latar belakang. Yang banyak kita lihat adalah
keseharian Moonee bersama geng bengal ciliknya. Mula-mula kita hanya melihat
dampak dari keadaan Halley itu. Saking putus asa dia pengawasannya terhadap
Moonee amat longgar. Jadilah Moonee mengintipi perempuan yang berjemur
telanjang, meludahi mobil orang, mengemis supaya bisa membeli es krim, bahkan
sampai membakar sebuah apartemen mewah yang terbengkalai yang apinya tidak
ditampilkan tapi daya bakar peristiwa itu amat dahsyat bagi hidup Halley dan
Moonee.
Saya bisa mengulas The
Florida Project dengan mendeskripsikan ekspresi muka dan gestur saya selama
menonton. Mulanya saya tersenyum nyaris tertawa melihat kenakalan-kenakalan
Moonee dan konco-konconya. Perlahan-lahan senyum itu menjadi kernyit ketika
masalah Halley mulai menyeruak. Dan ketika adegan klimaks itu terjadi saya
gemetar seperti ada sesuatu yang direnggut dari saya. Setelah itu hanya ada
rasa sesak yang cukup lama bercokol. Dan saya bisa jamin perasaan itu tidak
enak.