Setidaknya Sang Jagoan Menemukan Jawaban tentang Rahasia Keluarganya
Judul Buku: Gerhana Kembar
Penulis: Clara Ng
Editor: Hetih Rusli
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2008
Manusia itu makhluk yang kepo. Berilah mereka secuplik
rahasia. Maka mereka akan jadi penasaran. Kalau sudah begitu, kita tidak perlu
lagi melakukan apa-apa untuk menggiring. Dia akan dengan sendirinya menggali
sendiri hal tersebut. Itulah yang terjadi pada Lendy, seorang editor buku,
dalam Gerhana Kembar.
Yang terjadi adalah dia menemukan sebuah naskah otobiografis
tentang suatu hubungan lesbian pada tahun ’60-an di lemari neneknya. Pada
mulanya hanyalah rasa penasaran yang membuatnya terus membaca. Itulah
satu-satunya motifnya. Paling-paling untuk membuat naskah itu terasa lebih
penting Clara secara tidak langsung membandingkan naskah itu dengan naskah
novel lesbian yang diterima Lendy di kantor. Lendy menganggap naskah yang
ditemukannya lebih menarik daripada novel lesbian itu. Jadi ada seorang editor
buku yang menemukan sebuah naskah hebat.
Profesi ini cukup besar pengaruhnya pada motif. Anggaplah
editor itu terbiasa menerima banyak naskah. Jadi sudah peka dengan naskah bagus
dan naskah jelek. Nah, ini ada sebuah naskah yang dianggap sangat menarik oleh
si editor itu. Tidakkah kamu jadi penasaran dengan keseluruhan isi naskah itu
sekaligus segala misteri yang melingkupinya?
Persoalan menjadi lebih pelik karena si editor itu menemukan
naskah itu di lemari neneknya yang sakit keras. Jadi motif pribadi berperan
cukup besar dalam tindakan si editor itu. Untungnya kemudian pada paruh akhir
buku jelaslah bahwa naskah itu memiliki penjelasan penting tentang keberadaan
Lendy maupun keadaan keluarganya. Jadi Lendy yang pada mulanya tampak seperti
seorang editor yang kurang kerjaan karena malah mengulik naskah antahberantah
dan bukannya membereskan pekerjaan di kantor, jadi seorang penguak rahasia
besar keluarganya.
Pertanyaan besarnya adalah apa hubungan antara naskah itu
dan neneknya yang sedang sakit keras? Apakah penulisnya adalah neneknya dan
dengan demikian neneknya sedang bercerita tentang hubungan lesbiannya di masa
lalu? Sebuah pertanyaan yang jawabannya terlalu jelas bagi saya. Tapi kalau
itu, saya bisa memakluminya.
Yang membuat saya cukup lelah ketika membacanya adalah cara
ceritanya bolak-balik antara apa-apa yang dialami Lendy dan fragmen-fragmen
naskah itu. Pada beberapa bagian, khususnya setelah dijelaskan bahwa naskah itu
lebih menarik dari naskah novel lesbian yang diterima Lendy di kantor, apa-apa
yang dialami Lendy justru jadi melambatkan laju cerita. Kenapa tidak biarkan
saja pembaca terus melanjutkan membaca naskah tadi setidaknya sampai jelas
bahwa ibu Lendy ternyata memiliki andil dalam penemuan Lendy itu?
Ditambah lagi, pada akhir cerita kemudian terbukti bahwa
hubungan Lendy dan tunangannya serta pekerjaan Lendy di kantor tetap gitu-gitu
saja. Lancar-lancar saja. Soalnya, awalnya saya kira penemuan Lendy itu akan
berpengaruh apa gitu pada kedua sisi kehidupannya tadi. Bahkan mungkin kalau
hubungan Lendy dan tunangannya itu dihilangkan, permasalahan buku ini akan
tetap sama.
Barulah sekarang kita bahas bagaimana hubungan lesbian
digambarkan dalam buku ini. Pertanyaan tentang hubungan lesbian yang dibahas
dalam hubungan antara Fola dan Henrietta ini adalah bagaimana bisa sebuah
hubungan lesbian kandas? Jawaban paling gamblang dalam buku ini adalah karena
itu bertentangan dengan agama. Itu pun disampaikan melalui mulut Fola. Tapi ya
sudah. Itu saja. Sepanjang cerita kita tidak menemukan paparan lebih lanjut
tentang itu dalam bentuk apa pun. Kalau saya harus menyebut contoh, paling-paling
isyarat lain tentang bagaimana semesta Gerhana
Kembar menanggapi hubungan lesbian bisa diintip lewat pernyataan seorang
novelis lesbian yang karyanya dianggap jelek oleh Lendy. Katanya, tidak ada
penerbit yang berani menerbitkan novel tentang lesbian. Kata kuncinya ada di
kata “berani”. Itu pun disangkal mentah-mentah oleh Lendy. Katanya, masalahnya
bukan berani atau tidak, tapi naskah yang masuk tidak ada yang bagus.
Justru malah buku ini seperti menyatakan bahwa kandasnya
hubungan lesbian itu lebih disebabkan oleh salah satu nilai yang dianut Fola:
dahulukan kebahagiaan orang lain. Fola beberapa kali melewatkan kesempatan
untuk hidup langgeng bersama Henrietta karena mendahulukan kebahagian orang
lain, suaminya yang kelewat baik, anaknya yang hamil di luar nikah, dan
cucunya. Bahkan dasar dari nilai yang amat vital bagi Fola itu pun tidak
dijelaskan lebih jauh atau setidaknya disiratkan.
Jadi kesannya adalah hubungan lesbian itu kandas ya karena
salah orang itu sendiri. Saya bilang begini bukan maksudnya mengatakan bahwa
itu salah lingkungan atau apa. Tapi ketiadaan penjelasan tentang konteks yang
setidaknya lebih luas dari sekadar pribadi justru membuat masalah-masalah
pribadi seakan-akan sama sekali tidak punya kaitan dengan konteks sosial,
misalnya. Seakan-akan masalah itu ujug-ujug saja. Kalau buku ini tidak mengandung pembicaraan tentang naskah cerita lesbian yang bagus, saya juga tidak akan membahas-bahas bagaimana hubungan lesbian digambarkan.
Tapi, terlepas dari cara buku ini menggambarkan masalah
tadi, akhir buku ini mengisyaratkan suatu pernyataan bahwa semua orang berhak
mendapatkan kebahagiaan dari cinta. Pernyataan yang saya kira akan diamini oleh
siapa pun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar