Judul Buku
|
:
|
Perempuan
|
Penulis
|
:
|
Mochtar Lubis
|
Penerbit
|
:
|
Yayasan Obor Indonesia
|
Tahun Terbit
|
:
|
2010 (terbit pertama tahun 1956)
|
Perempuan berisi cerpen-cerpen tentang gejolak perang (fisik
ataupun politik), hubungan antara orang dan harta, hubungan antara lelaki dan
perempuan, dan orang yang suka membual.
Dalam kumpulan cerpen ini perang fisik maupun politik
digambarkan merugikan orang-orang yang tidak berkepentingan langsung di
dalamnya. Seorang perempuan kehilangan pacarnya gara-gara perang (Sinyo
Brandi). Seorang haji bunuh diri karena tidak tahan diombang-ambing ke sana ke
mari oleh orang-orang partai sedangkan dia bertugas sebagai pembentuk opini
penduduk kampungnya (Cerita Sebenarnya Mengapa Haji Jala Menggantung Diri).
Seorang dokter merasa bersalah karena hanya bisa terpaku saking serba salahnya
saat dihadapkan pada seorang pasien yang merupakan anggota gerilyawan (Ceritera
dari Singapura). Ada juga cerpen yang membahas perang dengan pendekatan lain. Seorang
petani kikir ketiban sial di tengah masa perang Korea (Kebun Pohon Kastanye).
Sikap seseorang berubah saat menjalani gerakan bawah tanah dan penilaian orang
terhadapnya pun berbeda-beda bergantung pada kedudukannya dalam peristiwa itu
(Angin Musim Gugur). Cerpen-cerpen itu menyorot perang sebagai sesuatu yang
menguak sifat manusia. Pendekatan lainnya adalah perang membuat seseorang
merasa tidak diterima di mana pun karena pandangan dan kedudukannya di dalamnya
(Perempuan). Perang berpengaruh besar pada perubahan hidup seseorang, bahkan
pada orang yang tidak terlibat langsung sekalipun.
Ada beberapa sudut yang dipakai untuk memandang hubungan
harta dan manusia dalam kumpulan cerpen ini. Yang paling banyak digambarkan
adalah orang-orang yang sangat bangga dengan hartanya. Saking bangganya
sampai-sampai orang itu yakin mampu membeli cinta (Semua Bisa Dibeli). Saking
bangganya sampai-sampai orang itu menjadi buas saat hartanya disentuh orang
lain (Kebun Pohon Kastanye & Tabrakan). Di sisi lain, digambarkan juga
orang-orang yang melarat. Seorang perempuan sengaja berperilaku layaknya orang
gila saking melaratnya (Orang Gila). Rokok menjadi kemewahan yang begitu
istimewa bagi seorang pemulung sampah sampai-sampai dinikmati dengan sangat
khusyuk (Sepotong Rokok Kretek). Ada juga cerpen yang menggambarkan penyesalan
orang yang menyia-nyiakan uangnya demi lotre yang tak pernah dimenangkannya
(Lotre Haji Zakaria). Harta digambarkan sebagai sesuatu yang sangat
mempengaruhi orang dalam memandang dirinya,orang lain, dan kehidupan.
Kedudukan perempuan lebih kuat daripada lelaki dalam
cerpen-cerpen yang membahas hubungan mereka, khususnya kalau kelas sosial
mereka lumayan tinggi. Lelaki sangat mudah dikelabui kalau sudah terpikat oleh
perempuan (Perempuan & Untuk Kemanusiaan). Lelaki bisa menjadi gelap mata
kalau sudah terpikat oleh perempuan (Cemburu & Sepucuk Surat). Meskipun
demikian, kalau dalam hubungan itu terdapat gengsi antara keduanya, lelaki dan
perempuan bisa penuh siasat dan bersaing untuk mendominasi (La Bandida &
Semuanya Bisa Dibeli). Di sisi lain, dalam cerpen yang menggambarkan hubungan
lelaki-perempuan di kalangan bawah, lelaki dominan dan perempuan tidak
mempermasalahkannya, bahkan dia tidak perlu pertimbangan banyak-banyak untuk
kawin berkali-kali (Pak Siman dan Bini-Bininya). Kumpulan cerpen ini
menunjukkan bahwa hubungan lelaki-perempuan adalah urusan siapa yang mampu
memegang kendali.
Di antara 19 cerpen dalam kumpulan ini ada dua cerpen yang
suasananya bisa dikatakan menyimpang dari yang lain. Dalam dua cerpen itu tokoh
utamanya adalah Si Jamal, seorang pembual. Keduanya berkaitan dengan harta.
Bedanya, kalau cerpen Si Jamal: “Kawan Saya” lebih menekankan pada soal
kesesumbarannya saja, cerpen Si Djamal Anak Merdeka lebih mengaitkannya dengan
keadaan politik pada masa setelah Konferensi Meja Bundar.
Ada yang kontras antara sembilan cerpen yang berlatar luar
negeri dan cerpen sisanya yang berlatar lokal (Indonesia). Kecuali Kebun Pohon
Kastanye, cerpen yang berlatar luar negeri diceritakan oleh pencerita orang
pertama. Hampir dalam semua cerpen itu si “Aku” secara langsung maupun tidak
langsung disebutkan berprofesi sebagai wartawan atau yang berkaitan dengan itu.
Pada cerpen-cerpen itu pun si “Aku” lebih berperan sebagai pendengar
kisah-kisah orang lain. Si “Aku” berperan sebagai pewarta kisah-kisah itu. Di
sisi lain, cerpen-cerpen yang berlatar lokal mengandung lebih banyak ragam
profesi pencerita kalau sudut pandangnya orang pertama. Bisalah kita simpulkan
bahwa cerpen-cerpen berlatar luar negeri itu mengandung unsur autobiografis
yang cukup kuat karena Mochtar Lubis berprofesi sebagai wartawan. Cerpen-cerpen
itu diilhami oleh percakapan-percakapannya saat melawat ke luar negeri.
Meskipun tidak muncul pada seluruh cerpen, kesan yang kuat
ditunjukkan kumpulan ini adalah manusia adalah makhluk yang tindakannya sulit
ditebak. Dari perempuan yang bersikap cinta pada lelaki padahal sebenarnya
tidak, sampai seorang haji yang bunuh diri.
Perempuan adalah sekumpulan kisah tentang manusia yang sulit
ditebak sikapnya saat dihadapkan pada urusan harta, lelaki-perempuan, dan
perang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar