Rabu, 11 November 2015

Titian Perjalanan - H.B. Supiyo



Judul Buku
:
Titian Perjalanan
Penulis
:
H.B. Supiyo
Penerbit
:
Aqua Press
Tahun Terbit
:
1975

Konon, masa muda adalah masa pencarian. Ini adalah salah satu topik dalam sastra. Titian Perjalanan adalah salah satu novel tentang pencarian.

Kristiadi, pemuda yatim yang tak lama sebelumnya lulus SMA, merantau ke Jakarta dari Yogyakarta. Pendorongnya adalah Bernard, seorang seniman. Katanya, daripada di Yogya belum tahu mau apa selanjutnya, lebih baik ke Jakarta. Di Ibu Kota dia menumpang di rumah Bernard, sebuah galeri kecil yang dihuni beberapa orang lainnya. Setelah sebulan hidup ditanggung tuan rumah, Kristiadi ditawari untuk menjadi panitia pameran Karim, seniman sekaligus teman Bernard. Pada pameran itulah Kristiadi bertemu Pak Jayeng, seorang lelaki dengan setelan petani Jawa, yang membeli salah satu lukisan Karim dengan harga tinggi. Di rumahnya, saat Kristiadi mengantarkan lukisan itu,  Pak Jayeng mengatakan bahwa dirinya bisa belanja begitu karena bertani jamur. Lalu, Kristiadi diajarkan bertani jamur. Beberapa bulan kemudian Bernard mengingatkan agar Kristiadi bisa mandiri. Saat itulah Kristiadi ditawari untuk bekerja pada Pak Jayeng. Saat menyatakan niatnya pada Pak Jayeng, Kristiadi justru disuruh mudik sambil diberikan sebuah surat yang ternyata berisi anjuran Pak Jayeng agar Kristiadi mencoba bertani jamur di rumah dulu, baru setelah itu memutuskan untuk berguru tentang jamur atau tidak, dan sebuah kotak yang ternyata berisi bibit jamur. Di udik Kristiadi bertemu kembali dengan Dewanti, perempuan yang ditaksirnya. Dulu bapak Dewanti kurang suka padanya, tapi kemudian hubungan mereka mencair. Setelah percobaan itu, Kristiadi memutuskan untuk berguru pada Pak Jayeng.

Kristiadi adalah tokoh yang berkembang. Pada awal cerita disebutkan bahwa dia tak tahu mau apa setelah lulus SMA. Pada suatu bagian sorot-balik diketahui bahwa saat SMA pernah dia tidak sekolah setahun, karena setelah sakit dia malu untuk kembali sekolah. Saat tinggal bersama Bernard pun dia tidak tahu mau kerja apa, walaupun sambil tetap diam-diam merasa malu karena terus ditopang oleh tuan rumah. Pertemuan dengan Karim, dan terlebih lagi dengan Pak Jayeng, membuatnya menemukan arti kerja dan bidang yang ingin dia geluti. Tukar ceritanya dengan Dewanti membuatnya makin termotivasi untuk mengulik suatu bidang. Dalam Titian Perjalanan, perkembangan tokoh utama dalam pencariannya atas suatu tujuan disebabkan oleh interaksinya dengan tokoh-tokoh lain, walaupun beberapa tokoh tampak kelewat dermawan terhadap tokoh utama.

Perkembangan cerita sempat mengejutkan. Awalnya novel ini tampak menjanjikan sebuah kisah yang berkutat di lingkungan seni, tapi ternyata malah berlanjut ke dunia tani, khususnya tani jamur. Patikata (quotes) dari Ralph Waldo Emerson pun dikeluarkan,”Petani utama adalah manusia utama.” Buku ini secara tersirat mengatakan bahwa menjadi petani adalah upaya untuk menjadi mandiri, dan karena itu tidak memalukan. Terlepas dari kemandirian yang tersirat dalam bertani, tanaman yang sangat dijagokan buku ini untuk ditanam mencurigakan juga. Data statistik dan data ilmiah tentang jamur dipaparkan oleh Pak Jayeng. Pemaparan inilah yang mencurigakan. Seakan-akan buku ini adalah kampanye agar pembacanya membudidayakan jamur. Apalagi kalau mengingat buku ini adalah buku inpres, dan buku ini diperkirakan tahun ’74, masa-masa penggalakan pembangunan zaman Soeharto. Meskipun begitu, terlepas dari kemungkinan sebagai propaganda tani jamur, Titian Perjalanan mengajukan ide tentang kebanggaan dan kemandirian dalam menjadi petani.

Titian Perjalanan adalah cerita tentang pencarian seorang pemuda akan sebuah tujuan, yang dipenuhi tokoh-tokoh dermawan, sehingga pemuda itu sampai pada keyakinan bahwa menjadi petani adalah tujuannya, walaupun cerita ini terasa seperti propaganda budidaya jamur di masa “pembangunan”.

1 komentar:

  1. Saya pernah baca novel ini, bukunya saya temukan sudah menguning didepannya ada cap perpustakaan sekolah. Ceritanya seru dan ringan. Ternyata maksud tersiratnya ialah menjadi mandiri dengan bertani ya.

    BalasHapus