Senin, 02 November 2015

Dendang - Darman Moenir


Judul Buku
:
Dendang
Penulis
:
Darman Moenir
Penerbit
:
Balai Pustaka
Tahun Terbit
:
1990 (Cetakan kedua; Cetakan pertama: 1988)



Tegangan antara kehidupan pribadi, rumah tangga, dan publik adalah salah satu masalah yang dibahas dalam sastra Indonesia. Dendang adalah salah satu novel yang membahasnya.

Dendang berfokus pada seorang lelaki berusia dua puluh tahun sekian. Sampai tamat, namanya tidak disebutkan. Pada ranah publik dia bergulat dengan lingkungan kantornya, sebuah perusahaan surat kabar. Meskipun pemimpin utamanya dia hargai, kebanyakan pegawainya dia anggap kurang manusiawi. Pemimpin redaksi yang pemarah dan tidak bertanggung jawab atas jabatannya sering dikeluhkannya. Perusahaan itu dia anggap tidak profesional sebagai surat kabar. Di rumah dia dan istrinya –namanya Han—dingin. Saat hamil anak pertama, dan bahkan menjelang melahirkan, istrinya tak banyak bicara. Dia sendiri sering merasa tak enak membicarakan perasaan dan pemikirannya pada istrinya, padahal dalam batinnya banyak hal menggelisahkannya. Selain rumah tangga dan pekerjaannya, agama (Islam), tradisi (beberapa adat istiadat daerah asalnya, M (Minang)), dan hasratnya untuk terus belajar (khususnya sastra –dia juga seorang penulis) adalah beberapa hal yang bergolak dalam batinnya. Dalam Dendang Tokoh-Aku bergulat dengan lingkungan kantor surat kabar, istrinya, dan dirinya sendiri.

Hubungan Tokoh-Aku dan pekerjaannya dibahas panjang lebar. Pada awalnya dia banyak mengeluh tentang keadaan kantor. Keluhan ini pun ditumpahkan panjang lebar. Sempat terpikir untuk mengundurkan diri, tapi batal karena dia mempertimbangkan istri dan rumah kontrakannya. Lalu, karena sebuah insiden, dia dipindahtugaskan. Sengsara membawa nikmat. Karirnya membaik, walaupun dia bekerja di bagian yang awalnya tak dikuasainya. Keadaan ini memicu niat untuk melanjutkan sekolah. Walaupun mengandung unsur keberuntungan, perkembangan karir Tokoh-Aku dinamis dan kausalitasnya jelas.

Sayangnya, suatu masalah dalam pergolakan batin Tokoh-Aku digambarkan kurang padu. Berkali-kali Tokoh-Aku bicara betapa dia melalaikan salat tanpa merasa bersalah, walaupun dia sadar salat adalah sebuah kewajiban seorang muslim. Lalu, tiba-tiba salat dilakukannya dengan penggambaran yang sama sekali tidak menunjukkan bahwa sebelumnya hal itu pernah bergolak dalam batinnya. Peningkatan keadaan ekonomi bisa jadi isyaratnya, tapi penggambarannya memberi kesan bahwa keadaan itu lebih berkaitan dengan persoalan lain daripada dengan pandangannya tentang agama. Pergolakan batin Tokoh-Aku dan agama digambarkan secara samar-samar.

Hubungan Tokoh-Aku dan istrinya adalah minus besar Dendang. Minusnya terletak pada reaksi Han setelah melihat seorang perempuan merangkul bahu Tokoh-Aku dalam sebuah foto teman-teman kampus –Tokoh-Aku kuliah lagi. Tapi pengaduannya tentang itu pada pimpinan umum kantor, rektor kampus, dan “guru” Tokoh-Aku adalah penggambaran yang hiperbolis. Kenekatan Han musykil terjadi karena sepanjang buku dia digambarkan sangat pendiam. Hidupnya pun lebih banyak di rumah. Barangkali kenekatan itu adalah ledakan dari pendaman perasaan Han selama menyaksikan Tokoh-Aku lebih banyak menyibukan diri di luar. Memang juga, cemburu bisa membuat buta. Tapi, kalau mengingat bahwa Han adalah “orang rumahan”, kecil kemungkinan dia sampai nekat mengadu pada pimpinan umum kantor dan rektor kampus Tokoh-Aku, orang yang sama sekali asing baginya. Selain itu, minus pun terletak pada reaksi Tokoh-Aku setelah kemarahan Han. Iya, dikata-katai “babi” tidak menyenangkan. Tapi, kalau sampai langsung terpikir untuk cerai, betapa pendek pikir Tokoh-Aku ini. Lantas, apa arti sepuluh tahun pernikahan bagi dia dan Han? Fatalnya, kejadian ini digunakan sebagai puncak cerita. Hubungan Tokoh-Aku dan istrinya yang digambarkan dengan sangat payah tampak jelas pada adegan puncak Dendang.

Dendang adalah sebuah kisah tentang pergulatan seorang lelaki, istrinya, dan lingkungan kantornya, yang adegan puncaknya mengandung minus yang fatal, khususnya dalam hal penokohan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar