Selasa, 11 Juli 2017

Supernova Episode: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh - Dewi Lestari


Judul Buku
:
Supernova Episode: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh
Penulis
:
Dewi Lestari
Penerbit
:
Bentang Pustaka
Tahun Terbit
:
2016 (terbit pertama kali tahun 2001)





Pernahkah kamu mendengar pernyataan bahwa hal-hal keilmuan itu penuh istilah aneh nan njlimet? Di sisi lain, ada juga pernyataan bahwa apa-apa yang secara njlimet dijelaskan oleh suatu disiplin ilmu tertentu sebenarnya sederhana. Stereotip semacam inilah yang teringat saat saya membaca Supernova Episode: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh karya Dee Lestari, khususnya pada adegan dua tokohnya berdebat tentang itu.

Buku ini terdiri atas tiga plot: (1) penulisan suatu roman dengan tendensi ilmiah oleh sepasang gay, yang satu, Dimas, condong pada watak nyeni dan yang satu lagi, Reuben, pada watak ngilimiah; (2) perselingkuhan seorang jurnalis bersuami, Rana, dengan seorang managing director suatu perusahaan multinasional, Ferre atau Re; (3) perjumpaan seorang pelacur kelas wahid, Diva, dengan kebobrokan-kebobrokan manusia. Tiga plot ini saling menyelingi.

Terdapat ruang kosong antarplot sehingga hubungan satu sama lainnya muncul seiring dengan laju cerita. Misalnya, ruang kosong itu tampak pada penamaan tokoh karya sepasang gay tadi. Mereka menamai tokoh-tokohnya Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Hanya dari obrolan merekalah kita mengetahui karya mereka, dan obrolan mereka atas tokoh-tokoh itu cocok dengan keadaan yang dihadapi Re, Rana, dan Diva sehingga muncul kesan bahwa tiga tokoh itu adalah tokoh rekaan Dimas dan Reuben. Tapi, seiring laju cerita kesan itu direvisi. Re, Rana, Diva, Reuben, dan Dimas berada pada dunia yang sama. Soal ini akan kita bahas lebih lanjut kemudian.

Menyatut pernyataan Reuben tentang plot semacamnya, plot Ferre dan Rana adalah suatu klise. Seorang istri bertemu lelaki lajang yang menggoncang hidupnya yang lancar-lancar saja. Pergolakan muncul dari benturan antara hasrat bercinta dan kedudukan profesional dan personal mereka. Puncak kemelut itu dileraikan oleh tindakan pihak-pihak selain mereka berdua, yakni suami Rana dan Diva. Pada akhirnya Ferre dan Rana tidak bersatu, tapi itu bukan sesuatu yang menyedihkan seperti dongeng Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh, kisah yang mengilhami Dimas untuk menulis ceritanya, kecohan yang disebutkan di awal buku.

Dalam obrolan tentang karya mereka, Dimas dan Reuben membahas beragam teori. Teori-teori tersebut ditempatkan di antara adegan-adegan Ferre, Rana, dan Diva sehingga muncul kesan bahwa itulah penjelasan teoritis atas peristiwa-peristiwa tersebut. Secara tersurat Reuben menyatakan bahwa kisah klise perselingkuhan itu digunakan untuk menunjukkan penerapan fakta penelitian sains dalam kehidupan sosial. Teori-teori canggih yang dijelaskan Reuben terejawantah dalam kejadian-kejadian yang dialami Ferre, Rana, dan Diva. Di sisi lain, ada adegan semacam adegan pertama buku ini. Di situ anak muda mabuk psikotropika. Tapi, karena dijelaskan oleh Reuben dengan istilah teoritis, kegiatan mabuk-mabukan itu lebih terdengar seperti kuliah sains. Ada kecenderungan untuk menyatakan bahwa sastra adalah upaya membumikan hal-hal abstrak. Tapi, di sisi lain, bisa dibilang juga ada kecenderungan untuk mengabstrakkan peristiwa-peristiwa sehari-hari. Kecenderungan itu sendiri ditertawakan lewat adegan Dimas mengejek Reuben yang suka menggunakan istilah-istilah aneh untuk menjelaskan peristiwa yang sederhana.

Dimas dan Reuben memang meniatkan karya itu sebagai perpaduan antara sastra berdimensi luas dan sebuah tulisan yang menjembatani semua percabangan sains. Pernyataan ini dan petunjuk-petunjuk tadi adalah pintu menuju persoalan-persoalan lebih abstrak yang diajukan buku ini. Hidup Ferre dan Rana, misalnya, dijadikan suatu perumpamaan tentang sistem dan kemungkinan perkembangannya. Secara teoritis persoalan itu dijelaskan lewat pembahasan tentang fraktal Mandelbrot, atraktor asing, bifurkasi, reversed order mechanism. Kesadaran berkali-kali dibahas Dimas dan Reuben, dari aspek kesadaran, sinyal lokal-nonlokal, sampai Faraday’s Cage. Masalah kesadaran mengarahkan pembahasan pada persoalan kehendak bebas sehingga dinyatakan bahwa wujud kehendak bebas adalah kebebasan untuk mengubah kesadaran, misalnya, dalam kasus perselingkuhan itu, mengubah anggapan bahwa suatu bencana adalah berkah atau sebaliknya. Kesadaran Dimas dan Reuben tentang adanya orang-orang yang entah bagaimana berkaitan dengan tokoh-tokoh rekaan mereka menjadi jembatan menuju pembahasan tentang kenyataan. Teori tangled hierachy Douglas Hofdstadter dan sinkronisitas Carl Jung menjadi landasan pembahasan itu. Semua pembicaraan teoritis itu menuju pada pernyataan tentang ketakterbatasan dan dengan demikian segala sesuatu saling terhubung. Di sini sains menjadi jalan menuju hal-hal mistik.

Ketakterbatasan itu berusaha diejawantahkan Dee dalam sosok Diva. Kedudukannya membuatnya tampak seolah melampaui manusia. Tapi, di sinilah juga persoalan ketakterbatasan itu muncul. Dia bisa bersikap melampaui moral hitam-putih karena sebagai pelacur kelas tinggi yang amat cantik dia memiliki kekuatan modal. Dia tidak perlu tunduk pada aturan-aturan moral kekuatan-kekuatan lain. Kalau mengingat internet adalah sarana yang mendukung keterhubungan semua orang, kedudukannya sebagai cyber avatar bernama Supernova bukanlah sesuatu yang luar biasa. Bahkan, pada beberapa adegan sosok yang seolah netral-moral itu justru terlihat menjunjung suatu moral tersendiri, sebagaimana tampak pada adegan peragaan busana anak-anak, hubungan menyerempet romantisnya dengan Gio, dan obrolannya dengan lelaki-lelaki berkedudukan yang menyewanya. Sebagai konsekuensi pengejawantahan ketakterbatasan dalam wujud manusia, sebagaimana pernyataan bahwa kesadaran akan membatalkan ketakterbatasan, ketakterbatasan itu justru terasa seperti manusia yang berada di puncak hal-hal yang terbatas. Tapi, memang ada aspek mistik dalam sosok Diva: kemampuannya untuk mengetahui begitu saja masalah dan kehadiran tokoh-tokoh lain dan kemampuannya untuk berkomunikasi lewat semacam telepati dengan Ferre.

Masalah ketakterbatasan sebagai akibat kekuatan modal juga tampak dalam pembicaraan Diva dengan seorang pebisnis dan pejabat. Batasan-batasan semacam negara dan kewarganegaraan lebur oleh kehadiran perusahaan-perusahaan multinasional, lenyap oleh kekuatan modal. Pejabat dan pebisnis itu kemudian sekadar menjadi perpanjangan tangan perusahaan multinasional dan kehilangan identitas nasionalnya. Pada titik ini ketakterbatasan perusahaan-perusahaan multinasional itu lebih terasa sebagai bentuk besar ketakterbatasan sosok semacam Diva. Barangsiapa punya modal, dia bisa mewujudkan potensi tak terbatasnya.

Supernova Episode: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh adalah upaya untuk membumikan teori-teori ilmiah yang terdengar njlilmet dalam rangka menyatakan aspek mistik sains, serta konsekuensi dan penyebab ketakterbatasan dalam kehidupan sehari-hari.

4 komentar:

  1. Novel pertama yang gue baca dan langsung suka sci-fi. :)) Baru setelah ini baca buku-buku Jules Verne sama Djokolelono. Tapi, buku ini memang lintas ilmu sih. Bisa-bisanya Dewi Lestari bikin begini. @_@

    Btw, halooo AM. Apa kabarnya? Gila nih, setelah sekian lama tidak bersua, dirimu sudah menerjemahkan buku saja. Semoga semakin sukses! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. cerita-cerita anak Djokolelono asyik sih. Kalo Verne, penasaran yang Paris in the Twentieth Century. Eh, aku malah asyik dengan turunan Verne & Roald Dahl, Lemony Snicket. Hahaha.

      Halo juga, Yu. Denger2 baru mau nerbitin novel lagi ya? Semoga novelmu yang baru juga lancar penerbitannya.

      Hapus
    2. Iya nih, calon novel baru masih revisi (selama 3 bulan wkwk). Karena itu "thriller" dan rada-rada konspirasi jadi masih bongkar-pasang plot. XD

      Nggak ada rencana menerbitkan fiksi? The Satanic Verses gitu misalnya? :))

      Hapus
  2. terimakasih info nya sangat bermanfaat, jangan lupa kunjungi kami http://bit.ly/2wDDymQ

    BalasHapus