Judul Buku
|
:
|
Rumah Tangga yang Bahagia
(judul buku versi Bahasa Inggris: A Happy Married Life)
|
Penulis
|
:
|
Leo Tolstoy
|
Penerjemah
|
:
|
Dodong Djiwapradja (penerjemah Bahasa Inggris: Margaret Wettlin)
|
Penerbit
|
:
|
Pustaka Jaya
|
Tahun Terbit
|
:
|
1976 (terbit pertama kali tahun 1859)
|
Ada seorang gadis dan seorang lelaki. Mereka bertemu,
menikah, lalu kena prahara. Rumah tangga mereka tak lagi sama. Terdengar
familiar? Ya, memang sefamiliar itulah Rumah Tangga yang Bahagia karya Leo Tolstoy
kalau dirangkum dalam tiga kalimat. Apakah akan tetap sefamiliar itu kalau
prahara kisah yang berlatar pedesaan (Pokrovskoye dan Nikolskoye) dan perkotaan
(St Petersburg) Rusia ini diuraikan?
Masha alias Marya Alexandrovna adalah gadis belasan tahun
akhir yatim piatu yang berasal dari keluarga ningrat atas di Porkovskoye.
Selama tinggal di sana dia sering melakukan tirakat dan rajin berdoa. Sergei
Mikhailich adalah seorang tuan tanah yang sering bepergian untuk mengurusi
bisnis. Dia bersahabat karib dengan almarhum ayah Masha. Perbedaan usia mereka
cukup jauh sampai Sergei sempat mengasuh Masha ketika masih kecil. Setelah
sempat tinggal di Nikolskoye, setelah menikah, mereka pindah ke St Petersburg.
Di situlah prahara benar-benar menerpa rumah tangga mereka. Prahara itu
dihembuskan oleh kontras-kontras dalam kisah yang dituturkan oleh Masha ini.
Yang menonjol adalah kontras muda-tua dan kontras desa-kota.
Masha muda, Sergei tua. Desa (Pokrovskoye dan Nikolskoye) berasosiasi dengan
kehidupan yang tenang, sedangkan kota (St Petersburg) berasosiasi dengan
kehidupan yang bergejolak. Kontras itu bisa muncul secara mandiri, bisa juga
muncul secara berbaur. Kontras muda-tua dan kontras desa-kota bertimbal balik.
Karena muda, Masha pada awalnya memposisikan Sergei seperti
ayahnya, sebagai teladan dan orang yang disegani. Tapi, semenjak dia menyadari
afeksi dirinya maupun Sergei, kedudukan tadi jadi bermasalah. Bahkan, dia
tersinggung saat merasa dianggap anak bau kencur oleh Sergei yang tidak mau
menceritakan kesusahan bisnisnya, padahal mereka sudah menikah.
Karena tua, Sergei sudah menduga bahwa Masha yang masih muda
dan terbiasa hidup di desa akan kehilangan rasa sayang padanya kalau
menikahinya dan tinggal di kota. Masha pada awalnya sungguh menggebu-gebu mencintai
Sergei, bahkan sampai pada taraf dia menjanjikan cintanya. Karena muda, dia
polos saja menganggap bersosialisasi di pesta-pesta orang ningrat St Petersburg
sebagai upaya untuk menyenangkan Sergei. Lama-lama alasan kedatangannya ke
pesta-pesta itu berubah: dia suka dipuja oleh orang-orang yang datang ke pesta
itu walaupun tidak tersurat dinyatakannya. Cintanya pada Sergei menghambar.
Meskipun sudah menduganya, Sergei tetap kesal juga. Tapi, karena dia sudah tua,
sudah berpengalaman, dia cukup bijak untuk bertahan demi anaknya.
Kehidupan kota yang bergejolak dikenal Sergei lewat
pesta-pesta para ningrat dan urusan-urusan bisnisnya. Dia tidak menyukainya.
Dia lebih menyukai kehidupan tenang di desa. Kehidupan yang didambakannya
adalah kehidupan di desa dengan buku, musik, dan ketenangan. Ketidaksukaannya
pada kota makin menjadi setelah melihat pengaruh kota pada istrinya yang pernah
membuatnya mabuk kepayang.
Rumah Tangga yang Bahagia Sergei Mikhailich dan Marya
Alexandrovna tidak lagi bahagia setelah mengalami benturan-benturan yang
berkaitan dengan konsep muda-tua dan desa-kota. Atau seperti yang dipikirkan
Masha, rumah tangga mereka bukannya sudah tidak bahagia, melainkan mungkin
mesti meredefinisi kebahagiaan dan meninggalkan konsep kebahagiaan yang dulu
pernah mereka rasakan.