Minggu, 21 Februari 2016

A Copy of My Mind - Joko Anwar


Judul Film
:
A Copy of My Mind
Sutradara
:
Joko Anwar
Aktor
:
Chicco Jerikho, Tara Basro
Rumah Produksi
:
CJ Entertainment & Lo-Fi Flicks
Tahun Rilis
:
2016



Perubahan tak terduga bisa saja terjadi karena rentetan tindakan sederhana dalam hari yang biasa. Inilah yang terjadi dalam A Copy of My Mind.

Sari (Tara Basro), seorang pegawai di suatu panti pijat, gemar menonton DVD bajakan. Alek (Chicco Jerico) adalah seorang penerjemah subtitle DVD bajakan. Mereka berkenalan setelah Alek memergoki Sari mengutil DVD karena tak dapat ganti rugi DVD yang kualitas terjemahannya buruk. Itu terjadi pada masa Sari ingin pindah kerja ke panti pijat yang lebih besar. Akhirnya, Sari memutuskan pindah tanpa mengundurkan diri dari tempat kerjanya yang lama. Tapi, Sari merasa bosan selama magang karena hanya menonton mentornya kerja. Setelah mendesak bosnya, dia dapat tugas menangani pelanggan khusus: seorang makelar politik yang dipenjara. Karena penasaran dengan koleksi DVD sang pelanggan, dia mencuri satu. Ternyata isinya adalah rekaman pertemuan "bisnis" sang makelar dengan pejabat yang menjadi tim sukses calon presiden yang sedang kampanye. Setelah berdebat dengan Alek, Sari memutuskan untuk mengembalikan DVD itu, tapi segala upayanya gagal. Sementara itu, orang tak dikenal meneror ponsel Sari, menanyakan rekaman itu. Alek yang mengangkat telepon itu. Sari tak tahu. Suatu hari Alek diculik. Sari, yang tak tahu, menantikannya. Alek tak pernah kembali. Sari kembali ke kehidupannya yang semula.

Tindakannya membuat tokoh A Copy of My Mind mengalami perubahan drastis hiperbolis. Awalnya mereka menjalani hidup begitu saja. Sari kerja, nonton DVD. Alek kerja, setoran. Perubahan pertama terjadi setelah Sari mencuri DVD. Mereka berkenalan. Keakraban terjalin karena koleksi DVD Alek. Sari memutuskan pindah kerja. Sampai situ kesan yang muncul adalah ini film tentang cinta sebagai obat hidup yang membosankan. Walaupun rikuh, adegan dansa Sari dan Alek romantis juga. Kesan itu roboh seketika setelah Sari mencuri DVD sang makelar politik. Mulai dari situ kesannya adalah ini film tentang orang polos terseret ke dalam dunia gelap kriminal dan politik. Orang polos itu jadi korban. Lompatannya terlalu jauh dan hiperbolis, walaupun sebelumnya ada isyarat samar tentang Sari dan Alek dilingkupi urusan politik besar. Ada adegan pembunuhan pula. Perubahan drastis hiperbolis dalam A Copy of Mind, dari kisah cinta romantis orang bawah menjadi kisah gelap dunia kriminal dan politik, secara pribadi, saya pandang sebagai sebuah humor lempeng (deadpan).

Detil bertebaran dalam A Copy of My Mind: pemandangan kawasan toko DVD bajakan, hiruk-pikuk kampanye capres, dagangan di toko elektronik, beragam cara perawatan di salon, film dalam film, dst. Semua itu muncul berkali-kali dan dalam durasi yang tidak singkat. Komentar-komentar tentang kota pun bertumpahan. Dari pasukan nasi bungkus, makelar politik, sampai pembunuh bayaran. Semua bertebaran dan tumpang tindih, menyelinap di celah laju cerita yang lambat. Rasanya begitu sumpek. Dalam keadaan begitu, rikuh adalah perasaan yang tak terelakan. Ditambah lagi penempatan musik latar yang jarang-jarang. Sekalinya ada justru menguatkan rasa itu. Kalau kata orang mabuk di diskotik, kentang, kena tanggung. Itu sangat terasa di adegan penutup yang sangat hening. Kalau pembuatnya meniatkan detil A Copy of My Mind sebagai pembangun suasana rikuh dan serba kagok, maka dia berhasil. Kalau tidak, mungkin ada niat lain yang belum bisa saya tangkap. Apalagi kalau judulnya mengacu pada sutradaranya. Joko Anwar pernah bilang dirinya idiosinkratik. Ya, seperti itulah film ini.

A Copy of My Mind adalah kisah yang lajunya menikung tajam dengan banjir detil yang menimbulkan rasa rikuh. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar