Judul Film
|
:
|
A Copy of My Mind
|
Sutradara
|
:
|
Joko Anwar
|
Aktor
|
:
|
Chicco Jerikho, Tara Basro
|
Rumah Produksi
|
:
|
CJ Entertainment & Lo-Fi Flicks
|
Tahun Rilis
|
:
|
2016
|
Perubahan tak terduga bisa saja terjadi
karena rentetan tindakan sederhana dalam hari yang biasa. Inilah yang terjadi
dalam A Copy of My Mind.
Sari (Tara Basro), seorang pegawai di suatu
panti pijat, gemar menonton DVD bajakan. Alek (Chicco Jerico) adalah seorang
penerjemah subtitle DVD bajakan. Mereka berkenalan setelah Alek memergoki Sari
mengutil DVD karena tak dapat ganti rugi DVD yang kualitas terjemahannya buruk.
Itu terjadi pada masa Sari ingin pindah kerja ke panti pijat yang lebih besar. Akhirnya,
Sari memutuskan pindah tanpa mengundurkan diri dari tempat kerjanya yang lama.
Tapi, Sari merasa bosan selama magang karena hanya menonton mentornya kerja. Setelah
mendesak bosnya, dia dapat tugas menangani pelanggan khusus: seorang makelar
politik yang dipenjara. Karena penasaran dengan koleksi DVD sang pelanggan, dia
mencuri satu. Ternyata isinya adalah rekaman pertemuan "bisnis" sang
makelar dengan pejabat yang menjadi tim sukses calon presiden yang sedang
kampanye. Setelah berdebat dengan Alek, Sari memutuskan untuk mengembalikan DVD
itu, tapi segala upayanya gagal. Sementara itu, orang tak dikenal meneror
ponsel Sari, menanyakan rekaman itu. Alek yang mengangkat telepon itu. Sari tak
tahu. Suatu hari Alek diculik. Sari, yang tak tahu, menantikannya. Alek tak
pernah kembali. Sari kembali ke kehidupannya yang semula.
Tindakannya membuat tokoh A Copy of My Mind
mengalami perubahan drastis hiperbolis. Awalnya mereka menjalani hidup begitu
saja. Sari kerja, nonton DVD. Alek kerja, setoran. Perubahan pertama terjadi
setelah Sari mencuri DVD. Mereka berkenalan. Keakraban terjalin karena koleksi DVD
Alek. Sari memutuskan pindah kerja. Sampai situ kesan yang muncul adalah ini
film tentang cinta sebagai obat hidup yang membosankan. Walaupun rikuh, adegan
dansa Sari dan Alek romantis juga. Kesan itu roboh seketika setelah Sari
mencuri DVD sang makelar politik. Mulai dari situ kesannya adalah ini film
tentang orang polos terseret ke dalam dunia gelap kriminal dan politik. Orang
polos itu jadi korban. Lompatannya terlalu jauh dan hiperbolis, walaupun
sebelumnya ada isyarat samar tentang Sari dan Alek dilingkupi urusan politik
besar. Ada adegan pembunuhan pula. Perubahan drastis hiperbolis dalam A Copy of
Mind, dari kisah cinta romantis orang bawah menjadi kisah gelap dunia kriminal
dan politik, secara pribadi, saya pandang sebagai sebuah humor lempeng (deadpan).
Detil bertebaran dalam A Copy of My Mind:
pemandangan kawasan toko DVD bajakan, hiruk-pikuk kampanye capres, dagangan di
toko elektronik, beragam cara perawatan di salon, film dalam film, dst. Semua
itu muncul berkali-kali dan dalam durasi yang tidak singkat. Komentar-komentar
tentang kota pun bertumpahan. Dari pasukan nasi bungkus, makelar politik,
sampai pembunuh bayaran. Semua bertebaran dan tumpang tindih, menyelinap di celah
laju cerita yang lambat. Rasanya begitu sumpek. Dalam keadaan begitu, rikuh
adalah perasaan yang tak terelakan. Ditambah lagi penempatan musik latar yang
jarang-jarang. Sekalinya ada justru menguatkan rasa itu. Kalau kata orang mabuk
di diskotik, kentang, kena tanggung. Itu sangat terasa di adegan penutup yang
sangat hening. Kalau pembuatnya meniatkan detil A Copy of My Mind sebagai pembangun
suasana rikuh dan serba kagok, maka dia berhasil. Kalau tidak, mungkin ada niat
lain yang belum bisa saya tangkap. Apalagi kalau judulnya mengacu pada sutradaranya.
Joko Anwar pernah bilang dirinya idiosinkratik. Ya, seperti itulah film ini.
A Copy of My Mind adalah kisah yang lajunya
menikung tajam dengan banjir detil yang menimbulkan rasa rikuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar