Minggu, 07 Juni 2015

Night on Earth - Jim Jarmusch


Judul Film
:
Night on Earth
Sutradara
:
Jim Jarmusch
Aktor
:
Winona Ryder, Gene Rowlands, Roberto Benigni, Armin Mueller-Stahl, Rosie Perez, Giancarlo Esposito, Beatrice Dalle, Issach De Bankole, Paolo Bonacelli, Matti Pellonpaa, Kari Vaananen, Sakari Kuosmanen, Tomi Salmela
Rumah Produksi
:
Fine Line Pictures
Tahun Rilis
:
1991



Pembicaraan apa yang akan muncul antara seorang supir taksi dan penumpangnya pada suatu malam? Pertanyaan itu dijawab lewat lima varian dalam Night on Earth. Faktor yang mempengaruhi variasi itu adalah latar belakang tiap-tiap supir taksi dan penumpangnya. Latar belakang tiap tokoh membuat pembicaraan mereka terasa lucu betapapun tidak beruntung mereka.

Kelucuan itu muncul dari kontras supir taksi dan penumpang. Di Los Angeles seorang pencari bakat ditagih rekan kerjanya untuk mendapatkan seorang aktor. Menurutnya, supir taksinya cocok untuk peran yang dimaksud. Tapi, saat ditawari, supir taksi itu memilih untuk jadi seorang mekanik, walaupun diiming-imingi ucapan,”Semua orang ingin jadi bintang film.” Di Paris lawakannya agak lokal karena main pelesetan. Seorang supir taksi berkebangsaan Pantai Gading mendapatkan penumpang yang buta. Dalam bahasa Perancis kata untuk mengacu pada Pantai Gading berhomonim dengan kata yang berarti buta. Sepanjang jalan sang supir taksi bertanya tentang cara orang buta menikmati beberapa hal (seks, film, dan mengemudi). Tanggapan nona cantik yang buta itu ketus. Orang buta bisa menikmati sesuatu lebih melek dan peka ketimbang orang yang bisa melihat. Setelah nona itu turun, taksi itu tabrakan. Di Roma kontrasnya lebih kentara. Sang supir taksi adalah seorang “pendosa” yang suka nyerocos, sedangkan penumpangnya adalah seorang pendeta yang sepanjang perjalanan kebanyakan diam. Sang supir mendesak membuat pengakuan dosa, padahal pengakuan dosa harusnya dilakukan secara awanama. Dia mengaku telah bersetubuh dengan labu, domba, dan istri saudaranya. Sang pendeta kena serangan jantung lalu meninggal. Kelucuan di Roma dan Paris berasal dari paduan verbal dan fisik, sementara di Los Angeles verbal.

Kelucuan dalam Night on Earth juga timbul dari kesamaan antara supir taksi dan penumpang. Seorang supir taksi di Helsinki mendapatkan tiga penumpang yang mabuk. Satu orang tak sadar. Dua temannya bercerita dengan kemarahan tentang kesialan beruntun Si Tak Sadar. Dalam sehari dia dipecat, kehilangan mobilnya, dikecewakan anaknya karena hamil sebelum nikah, dan diceraikan istrinya. Sang supir menanggapinya dengan bercerita tentang hidupnya yang lebih sial ketimbang Si Tak Sadar. Dua penumpang itu menangis mendengar ceritanya. Di vinyet Helsinki nasib sial itu jadi titik pijak kelucuan karena menyiratkan kesamaan, lalu itu digelembungkan dan diledakkan karena nasib sial sang supir lebih intens.

Sementara itu, di New York, seseorang asal Jerman Timur yang baru menjalani hari pertama menjadi supir taksi, mendapatkan penumpang seorang kulit hitam yang berkali-kali diabaikan taksi lain karena minta diantar ke Brooklyn. Sang supir kurang bisa mengemudi dan tak tahu jalan, sehingga sang penumpang mengambil alih kemudi. Mereka saling ledek tentang nama dan topi ushanka mereka. Sang supir bernama Helmut yang diplesetkan YoYo, sang penumpang, menjadi helmet (helm). Di tengah jalan YoYo membawa Angela, iparnya, ke dalam mobil. YoYo dan Angela saling menyerapahi dan saling menyalahkan. Keadaan ini yang membuat vinyet ini lebih menonjol ketimbang vinyet lain dalam Night on Earth. Di sini porsi bicara supir taksi lebih sedikit. Helmut menjadi pengamat yang tak banyak omong atas kota New York dan pertengkaran YoYo dan Angela. Di vinyet New York supir taksi jadi pendengar keluh kesah penumpangnya.

Dalam Night on Earth, kelengangan malam menjadi saksi kelucuan sendu dalam interaksi antara supir taksi dan penumpangnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar