Judul Buku
|
:
|
Dan Senja Pun Turun
|
Penulis
|
:
|
Nasjah Djamin
|
Penerbit
|
:
|
Sinar Harapan
|
Tahun Terbit
|
:
|
1981
|
Kaitan antara suatu peristiwa besar dan dampaknya bisa saja
tampak sangat samar. Apa hubungan antara penurunan Orde Lama dan peristiwa ’65 dengan
dunia pelacuran? Jawabannya bisa ditemukan dalam kisah Anwar, Nuning, Mia,
Tience, dan Mini. Anwar adalah bekas pemuda pergerakan yang turut dalam
hiruk-pikuk penggulingan Orde Lama. Tapi, karena keluarganya miskin sementara
dia hidup di perantauan, maka akhirnya dia jadi gigolo di tangan Mia. Dia dan
Mini bertemu dalam sebuah pesta setelah keruntuhan Orde Baru. Berbeda dengan
Anwar, Mini tidak menjadi pelacur, tetapi jadi orang yang berpandangan bebas
dalam hal seks. Nuning adalah anak dari orang yang terlibat dalam PKI. Setelah
peristiwa ’65, orang tuanya hilang, sementara dia sendiri menjadi pelacur di Silir
untuk menyambung hidup. Dua peristiwa itu menyebabkan Anwar dan Nuning masuk ke
jalan pelacuran.
Peristiwa besar memang bisa mengubah hidup seseorang. Dalam
kasus Anwar, itu adalah perubahan yang ironis. Sebelumnya, dia turut dalam
gerakan pembebasan dari suatu rezim. Ujung-ujungnya dia terkungkung dalam
pukauan Mia sebagai gigolo seperti benda. Di sisi lain, dalam kasus Nuning,
kehilangan orang tua gara-gara peristiwa ’65 mendorongnya untuk bertahan hidup
dengan cara apa pun. Dalam keadaan terdesak, akhirnya dia menjadi pelacur. Saat
Anwar mengajaknya kawin dan mengajaknya keluar dari kehidupan macam itu, dan
dia setuju, Mia dan Tience menghalanginya. Dia kalah. Tragis. Saat akhirnya
Anwar memberontak pada Mia dan Tience, dan mengejar Nuning yang pergi karena
kalah, dia mengalami kecelakaan. Seakan-akan dia terkutuk untuk terpenjara
selamanya, upayanya untuk mengubah hidup berakhir pada suatu peristiwa tragis.
Dan Senja Pun Turun secara tersirat memiliki dua bagian
besar. Ini tampak pada gaya penceritaan dan pokok persoalan yang diceritakan.
Bagian pertama berisi latar belakang tokoh: Anwar kenal dengan Mia melalui
pertemanannya dengan Tono dan Tini, anak Mia, dalam gerakan pelajar; Pertemuan
pertama Anwar dan Nuning saat dia begitu jengkel pada Mia; dan keluarga Nuning
dibahas pada bagian pertama. Bagian ini dituturkan lewat bolak-balik kilas
balik yang mengiringi penantiannya atas Mia yang selama seminggu pergi,
persinggungannya dengan Mini, cerita Karni tentang latar belakang Nuning, dan ajakan
Anwar pada Nuning untuk kawin dan memulai hidup baru. Selain itu, ada juga perenungan
Anwar atas keberadaan dirinya sebagai manusia dan kaitannya dengan hubungannya
dengan Mia, keterlibatannya dalam gerakan pelajar dahulu, dan keluarganya di
Medan. Sementara itu, bagian kedua didominasi oleh dialog, atau lebih tepatnya
perdebatan antara Anwar dengan Nuning, dengan Tience, dengan Mia, dan Nuning
dengan Mia. Kebebasan adalah topik yang menjadi benang merah antara perdebatan
itu. Latar belakang tokoh dikupas supaya menjadi bola salju, lalu diledakkan
dalam perdebatan-perdebatan itu. Namun, setelah serangkaian perdebatan yang
seakan dimenangkan oleh kubu Anwar dan Nuning, kubu yang tidak ingin
mendewa-dewakan kenikmatan material, Anwar malah mengalami kecelakaan di akhir
cerita. Betapa pesimis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar