Senin, 16 Februari 2015

Tanah Gersang - Mochtar Lubis


Judul Buku
:
Tanah Gersang
Penulis
:
Mochtar Lubis
Penerbit
:
Yayasan Obor Indonesia
Tahun Terbit
:
1992



Misalkan ada orang melakukan tindakan jahat. Tapi, sebelum itu, kamu diberi tahu latar belakang hidupnya yang tidak beruntung (keluarga yang tidak menyayangi dan mengalami perang). Lalu, saat orang itu hendak bertaubat atas tindakannya itu, dia mati. Bagaimana pandanganmu terhadap orang itu? Begitulah Mochtar Lubis mengocok pandangan terhadap tokoh utama dalam Tanah Gersang, terutama Joni.

Dia adalah sosok perencana dalam kumpulannya, sedangkan Sukandar dan Yusuf pelaksananya. Pembagian peran dalam kelompok itu juga jadi semacam kampanye tentang pentingnya pendidikan dan manfaat praktisnya. Sekolahlah. Maka, walau sebelang-betong apa pun, niscaya kamu akan jadi sosok intelek dalam kumpulanmu.

Tapi, seperti pepatah lama, “dia yang menambah pengetahuan, menambah kesedihan”, barangkali karena Jonilah Si Doel Anak Sekolahan dalam kelompoknya, pergolakan batinnyalah yang disorot lebih rinci: terhadap keluarga, teman-teman, tindakan kriminal, dan Lisa, perempuan yang ngebet banget dia buru-buru.

Sayangnya, motif kejadian yang meledakan pergolakan batin Joni tidak sedahsyat letusan pistol yang ada di situ. Barangkali ketiba-tibaan itu dan kematian korban sengaja diciptakan untuk membikin kontras dengan tindak kriminal sebelum-sebelumnya yang motifnya dijelaskan dan tiada korban jiwa. Tapi, bagaimanapun juga kejadian itu mengakhiri buku kedua Tanah Gersang dan bagian kelamnya yang kentara.

Buku ketiga berisi kisah cinta Joni dan Dewi yang digambarkan kelewat berbunga. Sedangkan, dua buku sebelumnya kelam. Kadang-kadang apa yang kita curigai benar adanya. Bunga itu jadi kedok bagi Joni sendiri atas masa lalunya. Tapi, kamu bisa lari, tapi tak bisa sembunyi. Tiada yang sadar saat kedok terkuak kecuali Joni sendiri. Begitulah penebusan dosa itu terjadi. Berakhirlah pergolakan batin Joni.
Tanah Gersang adalah pergolakan batin Joni, seorang lelaki yang saat anak-anak melihat orang mati ditembak dalam suasana perang, yang bapaknya sibuk dengan urusan politik dan kawin lagi, yang ibunya membencinya sebagai pantulan kebenciannya terhadap suaminya, yang menemukan air bagi tanah gersangnya di laut tempatnya tenggelam.

1 komentar: