Judul Buku
|
:
|
Sebuah Perkawinan
|
Penulis
|
:
|
Nasjah Djamin
|
Penerbit
|
:
|
Pustaka Jaya
|
Tahun Terbit
|
:
|
1974
|
Cerpen-cerpen dalam Sebuah Perkawinan menceritakan
orang-orang yang berusaha kabur dari pihak yang menguasainya atau derita masa
lalu.
Penguasa itu bisa berupa keluarga yang kolot atau lelaki
yang memperselirkan, sementara derita masa lalu itu bisa berupa perang, cinta
yang kandas, atau keluarga yang hancur. Mitsuko berpandangan Eropasentris
walaupun dia mengagumi semangat Tenno Heika pada masa Perang Dunia. Dia tak
suka dengan kekolotan keluarganya sehingga dia memutuskan untuk tinggal jauh
dari mereka. Di sisi lain, dia merasa terlepas dari akar budayanya sendiri,
budaya Jepang. Natsuko berusaha sintas sendirian setelah ibu dan adiknya bunuh
diri karena bapaknya lari dengan perempuan lain. Tapi, dia malah berakhir jadi
selir seseorang. Dia berhasil melepaskan diri darinya. Tapi, dia merasa
bersalah karena kebebasan didapatkannya setelah ‘mengorbankan’ Halim. Kimura,
seorang veteran, menjadikan dirinya monumen hidup atas Perang Dunia padahal itu
adalah wujud keputusasaannya karena harus terus hidup. Orang-orang
mengabaikannya karena menganggapnya menjatuhkan derajatnya sendiri. Tomoko
mencoba bunuh diri karena orang tuanya tidak merestui rencana pernikahannya
dengan Situmorang. Sementara itu, Situmorang sendiri merasa Tomoko adalah
kesempatan terakhirnya untuk merasakan kebahagiaan cinta. Dulu empat orang
perempuan menolaknya mentah-mentah karena statusnya dan seorang pacarnya mati
saat Jepang menyerang Medan. Hanya saja kebijakan kedutaan Indonesia dan orang
tuanya melarangnya menikah dengan orang Jepang. Mereka akhirnya menikah, tapi
Tomoko ditunggu oleh keadaan ekonomi pas-pasan Situmorang di Indonesia,
sementara Situmorang sendiri ternyata merasa Tomoko sama dengan mantan pacarnya
yang mati. Pada akhirnya Mitsuko, Natsuko, Kimura, Situmorang, dan Tomoko mendapatkan
kebebasannya dari hal-hal yang membelenggunya, walaupun merasakan kegetiran di
baliknya.
Perjuangan para tokoh menghadapi penguasa atau masa lalu itu
diceritakan oleh pencerita yang lebih bersikap mengamati walaupun kadang dia
terlibat. Pencerita itu adalah Halim, Sutoto, dan Kasim. Mereka semua punya
andil atas perkembangan kisah tokoh-tokoh itu. Halim menjadi teman diskusi
sehingga Mitsuko merasa pandangannya lebih luas, dan menemani Natsuko melipur
dirinya selama terikat dengan lelaki yang memperselirnya, bahkan dia sempat
tidur dengan Natsuko. Sutoto mengetuk hati Kimura karena bersikap lain daripada
orang-orang di Yamate-zen. Kasim memberi semangat Situmorang untuk menikahi
Tomoko walaupun dia sendiri pada awalnya menolak untuk jadi wali nikahnya.
Meskipun dampaknya besar atas perkembangan tindakan tokoh-tokoh sentral, peran
para pencerita ini sengaja digambarkan tidak mengesankan, bahkan terasa seolah
mereka adalah orang yang pasif dan kelewat santai.
Sebuah Perkawinan adalah sekumpulan pengamatan atas getir
dalam keberhasilan orang-orang yang berusaha melepaskan diri dari cengkeraman
penguasa atau masa lalunya.