Judul Buku
|
:
|
Omong-Omong H.B. Jassin (Perjalanan ke Amerika 1958-1959)
|
Penulis
|
:
|
H.B. Jassin
|
Penerbit
|
:
|
Balai Pustaka
|
Tahun Terbit
|
:
|
1997
|
H.B. Jassin adalah seorang kritikus penting dalam sastra
Indonesia. Buku Omong-Omong H.B. Jassin menunjukkan sisi Jassin yang jarang
disorot khalayak sastra.
Omong-Omong H.B. Jassin berisi catatan perjalanan Jassin selama
satu tahun (21 Juli 1958 – 21 Juli 1959) sebagai seseorang yang ditugaskan
pemerintah untuk belajar di Amerika dengan bantuan beasiswa Fullbright. Separuh
buku berisi pengalaman Jassin saat masa orientasi. Sebagian masa pra-orientasi
di Tugu, sebagian lagi masa orientasi diIndiana University, Bloomington. Pada
masa-masa orientasi inilah Jassin pergi ke Kongres Comparative Literature
Association di Chapel Hill. Setelah itu, barulah Jassin menjalani kuliahnya di
Yale University, New Heaven. Pada bab terakhir diceritakan sekilas
tempat-tempat yang disinggahi Jassin dalam perjalanan pulang ke Jakarta.
Omong-Omong H.B. Jassin memberi kesan bahwa H.B. Jassin
adalah seorang pemalu. Dia sempat merasa tidak nyaman saat diminta pidato saat
orientasi. Dia juga mengaku malunya akan bertambah jika berhadapan dengan
perempuan. Rasa malu ini mempengaruhi sikapnya saat bertatap muka dengan orang
banyak. Untuk mengatasinya, dia mempersiapkan terlebih dahulu hal-hal yang akan
disampaikannya. Itulah siasatnya untuk berdiskusi di kelas selama di Amerika
dan untuk memberi kuliah. Dulu saya pernah dengar H.B. Jassin tak pernah
membuka sesi tanya-jawab setelah memberi ceramah dan kuliah. Inilah barangkali
musababnya.
Omong-Omong H.B. Jassin menunjukkan, khususnya, kultur
kampus dan, umumnya, masyarakat Amerika. Jassin memaparkan secara rinci sistem
kredit untuk memperoleh gelar di universitas Amerika. Di sana mahasiswa
dimungkinkan untuk tetap kuliah walaupun tidak berniat memperoleh gelar. Jumlah
mata kuliah adalah patokannya. Jassin berkuliah di departemen Ilmu Perbandingan
Kesusasteraan. Pada awalnya dia mengambil empat mata kuliah. Namun, karena
keteteran, dia hanya menuntaskan satu mata kuliah, Tolstoy dalam Hubungannya
dengan Eropa. Jassin juga menunjukkan surat keluhan teman-temannya dalam
menjalani sistem kuliah di Amerika. Salah satu musabab keteterannya adalah
sistem kuliahnya. Mahasiswa didorong untuk aktif di kelas dengan cara
berdiskusi. Sifatnya yang pemalu dan keterbatasan bahasa menghambatnya untuk
terlibat aktif. Sistem ini pun dibahas panjang lebar dan dibandingkan dengan
sistem kuliah di Indonesia. Di Amerika lebih egaliter, seperti yang tersirat
dalam sistem diskusi. Mahasiswa dibimbing oleh dosen agar menyatakan
pendapatnya dan tidak takut berdebat. Di Indonesia dosen adalah penguasa kelas.
Pada suatu bagian Jassin bercerita bahwa di Amerika seorang mahasiswa bisa
menelepon dosennya untuk menjemputnya saat dia kembali dari suatu tempat. Di
Indonesia tak mungkin begitu. Kata Jassin, semua itu karena Indonesia mewakili
tradisi akademik Leiden. Namun, selama di Amerika dia sempat merasa tak nyaman
dengan kebiasaan orang Amerika. Orang-orang bicara kalau ada perlunya saja. Dingin
seperti berhadapan dengan mesin-mesin yang sudah biasa dihadapi orang Amerika. Waktu
untuk belajar sendiri memang lebih banyak kalau begitu, tapi di tengah beban
kuliahnya hal itu membuatnya kesepian.
Omong-Omong H.B. Jassin memberi petunjuk tentang muasal
ketenaran pakar-pakar sastra mancanegara di Indonesia. Mahasiswa sastra mana
yang tak kenal Rene Wellek? Dialah penulis buku babon Teori Kesusasteraan. Dia
adalah dosen dua mata kuliah yang dikontrak Jassin saat di Amerika. Robert
Escarpit, sang empu sosiologi sastra? Dia adalah salah satu pembicara dalam
kongres sastra bandingan yang dihadiri Jassin. Northrop Frye juga jadi
pembicara dalam acara tersebut. Ingat, tahun 50-an adalah masa-masa
awal perkembangan studi sastra secara formal di Indonesia.
Omong-Omong H.B. Jassin adalah buku tentang seorang pemalu
dan perenung yang berada di lingkungan akademik dan masyarakat asing, yang
berisi petunjuk tentang sejarah studi sastra di Indonesia.