Belajar Kana Belum Pernah Sepenuh Aksi Begini
Judul Gim: Learn Japanese To Survive (Hiragana Battle &
Katakana War)
Pengembang: Sleepy Duck
Tahun Rilis: 2016 & 2017
Zaman sekarang belajar dikemas dalam bentuk permainan supaya
lebih memikat. Bergembiralah kamu yang ingin belajar huruf kana. Sebab beberapa
tahun belakangan ini Sleepy Duck amat gencar menggalang udunan untuk membuat
pelajaran hiragana, katakana, bahkan kanji dalam bentuk seri gim RPG berjudul Learn Japanese To Survive. Karena seri
kanji baru keluar awal Agustus lalu, saya baru bisa bahas dua seri awal. Tapi
jangan kuatir. Seri Hiragana Battle
dan Katakana War amat manjur dalam
meningkatkan kenikmatan belajar Bahasa Jepang.
Gim ini menafsirkan judul Learn Japanese To Survive secara harfiah. Sebab memang para
tokohnya harus belajar Bahasa Jepang supaya sintas. Plot dasarnya adalah
monster-monster berwujud aksara Jepang itu—yang disebut hiragana warrior pada satu
kesempatan dan obake pada kesempatan lain—menyerang tempat kamu berada dan satu-satunya
cara untuk mengalahkan mereka adalah dengan mengejanya sedangkan kamu sama
sekali asing dengan aksara itu. Seiring perjalanan kamu makin terlibat dengan
upaya melawan mereka sampai-sampai kamulah yang paling berdaya untuk
mengenyahkan sumber malapetakanya.
Plot dasarnya membuat rangkaian pelajaran kana terasa lebih
berarti. Konon ketika belajar bukan sekadar untuk mengingat informasi,
melainkan untuk mencapai tujuan lain yang lebih besar, orang akan lebih
antusias. Dalam kasus ini, saya memang jadi lebih antusias karena ingin
membasmi monster.
Latarnya pun turut memincut saya untuk menghabiskan waktu
lama memainkan gim ini. Sementara Hiragana
Battle itu lebih seperti RPG fantasi tradisional dengan latar di suatu
negeri antah-berantah dan tokoh-tokoh yang memakai pedang, panah, tombak, dan
keling, Katakana War berlatar masa kontemporer
dengan kisah tentang para turis yang terjebak di tengah-tengah invasi obake
berwujud katakana. Kamu bisa memainkan seorang tukang kue yang senjatanya
adalah resep sampai mahasiswa pertukaran pelajar yang menggunakan gitar sebagai
senjata. Menurut saya Katakana War
dengan tokoh beragam profesi masa kini lebih terasa dekat.
Dari tadi saya baru bicara tentang hal-hal yang meningkatkan
motivasi belajar Bahasa Jepang dalam kedua gim ini. Lantas bagaimana dengan
pelajaran bahasanya sendiri?
Dengan menghadirkan satu tokoh guru dalam setiap seri, Learn Japanese memberikan celah plot
untuk menghadirkan adegan belajar di kelas. Memang ada sejumlah sesi belajar
konvensionalnya. Semuanya dipakai untuk membahas huruf AKASATANAMAYARAWAN plus
dakuten dan handakutennya. Topiknya adalah cara menulis dan bunyinya. Sesekali
pada sesi itu terdapat pengayaan kosakata untuk tema-tema tertentu, seperti
kendaraan, binatang, dst.. Jadi memang kita disarankan untuk mencatat. Semua
huruf tadi dipecah ke dalam sepuluh kali pelajaran. Pemecahan itulah yang
membuat saya makin gemas ingin terus memainkannya dan mempermudah ingatan.
Ada banyak video ‘belajar hiragana/katakana dalam 1 jam’ di
Youtube. Tapi kecuali kamu punya daya ingat yang amat baik, kalau belajar 1 jam
doang dan seterusnya tidak diingat-ingat ya tetap saja lama-lama lupa juga. Nah
di sinilah letak kekuatan serial ini. Learn
Japanese menggantikan peran flash card dan turunan digitalnya untuk melatih
ingatan tentang huruf Jepang. Sebab tiap kali kamu bertempur melawan
aksara-aksara tadi sebenarnya kamu sedang menajamkan ingatanmu tentang
bunyinya.
Dalam RPG umumnya pilihan utama untuk menyerang adalah
‘Attack’. Tapi yang ada di sini adalah ‘Answer’. Sebab konon para monster
aksara itu hanya bisa dikalahkan dengan dieja. Maka ketika kamu memilih
‘Answer’ akan muncul pilihan seperti ketika kamu ingin merapal sihir dalam RPG
konvensional. Bedanya, pilihan yang tertera bukanlah heal, firebolt, atau
semacamnya (walaupun kamu juga punya pilihan untuk menggunakan sihir-sihir
macam itu), tetapi serangkaian ejaan dari huruf-huruf yang sudah kamu pelajari.
Jadi kamu harus memilih ejaan yang tepat dengan wujud aksara yang kamu lawan.
Kalau lawanmu adalah か ya kamu harus memilih ‘Ka’. Sebab kalau tidak tepat,
sekuat apa pun kamu, percuma saja.
Salah satu mekanisme yang amat berpengaruh terhadap
pelajaran adalah cara kamu bertemu musuh. Dalam Hiragana Battle mekanisme yang dipakai adalah random encounter
alias selama kamu berada di area bermusuh, kamu bisa saja ujug-ujug bertemu
musuh. Dalam Katakana War, kamu bisa
melihat sosok musuh bergentayangan. Jadi jumlah musuh di suatu area sudah pasti
dan kamu bisa menghindarinya tanpa perlu harus masuk mode tempur dulu. Meskipun
konon tempur ujug-ujug itu dianggap sebagai salah satu mekanisme yang
menyebalkan, saya mendapati justru itulah yang membuat saya lebih sering
berjumpa aksara-aksara itu sehingga lebih hapal. Katakana War berisi terlalu sedikit musuh. Mungkin itulah kenapa
sang pengembang menyediakan semacam arena tempur tersendiri bagi orang-orang
yang ingin menajamkan ingatannya dengan lebih banyak bertempur.
Satu lagi soal tempur, Katakana
War lebih efektif dalam penempatan musuh. Soalnya dalam Hiragana Battle aksara-aksara tertentu
secara spesifik hanya ada di area tertentu. Jadi misalnya musuh dalam
gerombolan KAKIKUKEKO hanya ada di area KAKIKUKEO. Itu ada di awal-awal permainan.
Kalau di tengah-tengah gim kamu lupa dengan wujud dan ejaannya, harus balik
lagi ke sana atau setidaknya lihat catatan. Dalam Katakana War memang ada penempatan gerombolan di area khusus. Tapi
pertempuran di sana selalu dilibati oleh aksara-aksara dari gerombolan lain
yang sudah pernah dipelajari.
Tadi saya bilang soal pengayaan kosakata. Selain menyelip
dalam sesi belajar aksara di kelas, kita juga bisa menemukan pelajaran tambahan
pada misi-misi sampingan. Saya paling suka kalau misi tambahannya adalah sang
NPC meminta kita mencari sesuatu yang dituliskan dalam huruf latin tapi benda
yang dimaksud ternyata dinamai dalam huruf katakana atau hiragana, atau
sebaliknya. Katakana War berisi lebih
banyak pengayaan kosakata daripada Hiragana
Battle.
Dua seri awal Learn
Japanese ini adalah gim yang relatif singkat. Saya menamatkan Hiragana Battle dalam waktu 6 jam dan Katakana War dalam 5 jam lebih. Tapi ya
memang saya memainkannya paling antara setengah jam sampai 1 jam per hari. Jadi
hitungannya satu minggulah. Menurut saya daripada menelan bulat-bulat seluruh
huruf hiragana dan katakana dalam waktu 1 jam secara langsung, 5 atau 6 jam
yang dipecah ke dalam beberapa sesi permainan adalah menu yang lebih mudah
dicerna. Dan saya kira metode semacam ini manjur. Sebab setelah menamatkan
kedua gim itu saya jadi lumayan lancar membaca artikel-artikel dengan huruf
hiragana dan katakana pada situs-situs berbahasa Jepang dasar semacam
watanoc.com. Jadi kalau kamu ingin belajar Bahasa Jepang dengan lebih santai
dan menyenangkan, jajal saja seri Learn
Japanese To Survive. Saya sudah main dua. Kamu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar