Senin, 29 Oktober 2018

The Florida Project - Sean Baker


Punya Anak Itu Tidak Gampang
Judul Film: The Florida Project
Sutradara: Sean Baker
Pemain: Willem Dafoe, Bria Vinaite, Brooklynn Prince
Rumah Produksi: Cre Film, Freestyle Picture Company, Cinereach, June Pictures
Distributor: A24 Films
Tahun Rilis: 2017

Saya memang belum pernah punya anak. Tapi potong kuping saya kalau punya anak bukan salah satu pekerjaan tersulit di dunia. Kesulitan itu berlipat ganda ketika kamu tidak punya pasangan, kekurangan uang, pengangguran, dan tidak punya kerabat yang bisa dimintai tolong. Begitulah sosok Halley (Bria Vinaite) dalam The Florida Project.

Kita berjumpa dengan Halley ketika masalah bapak Moonee (Brooklynn Prince), putrinya, dan tanggapan keluarga Halley terhadap kehamilannya sudah terlalu basi baginya. Otomatis tidak ada mereka maupun pembicaraan soal mereka sepanjang film. Yang bisa kita pastikan adalah Halley dan mereka sudah putus hubungan. Demikianlah kita menemukan dia dan putrinya itu berdua saja tinggal di sebuah motel yang menyerupai rusun.

Dalam kesunyian tempat itu kita bisa merasakan rasa putus asa Halley menanti untuk meledak. Sifat emosionalnya adalah salah satu gejalanya. Mulanya hanya gusar, lama-lama kita melihat dia meledak-ledak. Dia amat nyolot waktu mulanya Bobby (yang diam-diam sifat kebapakannya dipendarkan oleh Willem Dafoe) tidak mau memberikan kelonggaran pembayaran sewa. Ketika Ashley (Mela Murder), yang kelihatannya adalah satu-satunya temannya, tak kunjung menjelaskan kenapa dia menjauhkan Scooty, putranya, dari Moonee dan menjauhinya, mula-mula Halley menggertak dengan berlagak beli banyak makanan di restoran cepat saji tempat Ashley bekerja. Lalu Ashley mengejek keputusannya untuk melacurkan diri, Halley memukulinya secara membabi buta.

Bisa jadi sifat emosionalnya itu adalah salah satu faktor yang mengurangi simpati kita padanya. Belum lagi kalau kita menghitung pembawaannya yang kelihatannya pemalas. Dia bergantung pada Ashley supaya menyelundupkan makanan dari tempat kerjanya dan kelihatannya sehari-hari dia hanya leyeh-leyeh main hape di kamar.

Tapi sejumlah sikapnya bisa jadi membuat kita simpati padanya. Pada mulanya dia bahkan enggan untuk bekerja sebagai penari striptis. Jadi kita bisa mengerti kenapa dia begitu marah ketika Ashley mengejeknya soal pelacuran tadi. Dia melakukannya demi mempertahankan hidup dan terutama mempertahankan Moonee.

Memang adegan-adegan yang menunjukkan ikatan antara Halley dan Moonee tidak mungkin tidak menimbulkan simpati. Mulai dari adegan leyeh-leyeh bersama di kasur, bernyanyi dan menari, meniup kue ulang tahun, sampai adegan Halley mengajak Moonee makan-makan, baik di restoran Ashley maupun di ruang makan sebuah hotel. Jadi betapa mematahkan hatinya adegan Halley dan Ashley dipisahkan secara paksa.

Adegan itu benar-benar menjadi klimaks yang meledak-ledak dalam film yang sebenarnya didominasi keheningan ini. Sebab segala pergulatan Halley itu pada mulanya berada di latar belakang. Yang banyak kita lihat adalah keseharian Moonee bersama geng bengal ciliknya. Mula-mula kita hanya melihat dampak dari keadaan Halley itu. Saking putus asa dia pengawasannya terhadap Moonee amat longgar. Jadilah Moonee mengintipi perempuan yang berjemur telanjang, meludahi mobil orang, mengemis supaya bisa membeli es krim, bahkan sampai membakar sebuah apartemen mewah yang terbengkalai yang apinya tidak ditampilkan tapi daya bakar peristiwa itu amat dahsyat bagi hidup Halley dan Moonee.

Saya bisa mengulas The Florida Project dengan mendeskripsikan ekspresi muka dan gestur saya selama menonton. Mulanya saya tersenyum nyaris tertawa melihat kenakalan-kenakalan Moonee dan konco-konconya. Perlahan-lahan senyum itu menjadi kernyit ketika masalah Halley mulai menyeruak. Dan ketika adegan klimaks itu terjadi saya gemetar seperti ada sesuatu yang direnggut dari saya. Setelah itu hanya ada rasa sesak yang cukup lama bercokol. Dan saya bisa jamin perasaan itu tidak enak.

Jumat, 26 Oktober 2018

Mimpi-Mimpi Sepuluh Malam - Natsume Soseki


Bagaimana Rasanya Kalau Kamu Terus-Terusan Bermimpi Tentang Mati dan Mencari?

Judul Buku: Mimpi-Mimpi Sepuluh Malam
Penulis: Natsume Soseki
Penerjemah: Lutfi Mardiansyah
Penerbit: Trubadur
Tahun Terbit: 2018


Teman saya pernah punya suatu ritual tiap bangun pagi. Sejak malam sebelumnya dia sudah menyiapkan buku catatan dan pulpen di sebelahnya. Jadi begitu bangun dia bisa langsung menuliskan mimpinya sedetil mungkin sebelum ingatannya lenyap. Katanya, itulah latihan supaya bisa melakukan Lucid Dream. Ah, bilang saja mau jadi siluman mimpi, pikir saya. Meskipun mungkin tidak didorong oleh niat serupa, saya yakin Natsume Soseki sama terusiknya dengan mimpi sehingga dia menulis Mimpi-Mimpi Sepuluh Malam.

Dengan judul yang mengandung kata ‘mimpi’, sepuluh kisah dalam buku ini berisi adegan-adegan yang bisa dideskripsikan dengan istilah “seperti dalam mimpi”. Mulai dari bocah yang mengaku sebagai orang yang pernah dibunuh si pemimpi bertahun-tahun lalu, sampai bertempur dengan ratusan babi di ujung tebing setelah memilih untuk tidak melompat ke laut.

Suasana-suasana luar biasa itu membuat saya bertanya-tanya apakah arti dari semua itu? Saya jadi merasa seperti salah seorang tokoh yang terus-terusan bertanya tentang arti dari “ketiadaan”. Memang selagi melompat dari satu mimpi ke mimpi lain kita akan menjumpai orang-orang yang mencari-cari sesuatu seperti itu. Di mimpi lain kita menemukan orang yang naik kapal laut tapi merasa dia tidak kunjung sampai di tujuan. Ada perasaan mengambang dalam ketidakpastian. Sementara orang-orang tadi berinisiatif mencari sesuatu, seorang pemuda justru baru bergerak karena disetir oleh seorang perempuan. Ujung-ujungnya dia menerima ganjaran yang tidak ringan.

Tapi yang membuat saya terus memikirkan buku ini adalah betapa kematian berulang muncul dalam beragam bentuk. Mulai dari kematian biasa tapi mengundang pertanyaan, kecelakaan (tenggelam atau jatuh dari tebing), bunuh diri, sampai dibunuh. Apa pun yang dilakukan orang-orang itu, ujung-ujungnya mereka mati, bahkan ketika misalnya mereka berubah pikiran pada detik-detik terakhir menjelang bunuh diri. Semua itu amat kontras dengan satu cerita yang bercerita tentang keabadian. Seorang pematung mahsyur dari zaman Kamakura (tahun 1100-an) memahat patung penjaga Kuil Gokokuji sambil disaksikan orang-orang zaman Meiji (tahun 1900). Si pematung itu terus hidup melewati zamannya.

Waktu membaca Mimpi-Mimpi Sepuluh Malam saya merasa seperti Sponge Bob yang melompat-lompat dari satu mimpi ke mimpi lain. Bedanya, sementara si koki Krusty Krab itu bisa santai saja walapun orang-orang yang mimpinya diterobosnya misuh-misuh, saya justru jadi gentar walaupun hampir semua orang yang mimpinya saya intai itu pada akhirnya tidak lagi hidup. Memang itu efek yang menggelisahkan. Tapi saya kira begitulah jadinya kalau kita menjumpai karya yang berkesan.

Senin, 22 Oktober 2018

Typer Shark Deluxe - PopCap Games


Ancaman Itu Menggairahkan?

Judul Gim: Typer Shark Deluxe
Pengembang: PopCap Games
Penerbit: PopCap Games
Perancang: Jason Kapalka
Tahun Rilis: 2003


Bagi orang yang sehari-hari berkutat dengan komputer, mengetik kadang bikin suntuk. Tapi Typer Shark Deluxe menyegarkannya. Bagaimana cara gim garapan Big Fish Game ini melakukannya? Mari kita bahas!

Kita berperan sebagai tukang selam pemburu mutiara dan harta di kapal karam. Tapi selagi kita menyelam, hiu dan piranha mengancam. Sebenarnya tidak ada cerita yang menyeret kita sepanjang kurang lebih 10 babak. Kita tidak menemukan kejutan-kejutan tentang latar belakang tokoh kita atau harta di dasar lautan itu. Tapi kita akan menemukan musuh-musuh yang makin menantang. Dan tantangan itu sudah cukup untuk membuat kita khusyuk selama kurang lebih 1 jam menamatkan gim ini. 

Tugas kita adalah mengetikkan kata-kata sambil bergelut dengan waktu. Waktu yang mengancam kita dilambangkan oleh hiu dan piranha beragam jenis. Yang cepat ada, yang lambat juga. Sebelum waktu menerkam, kita harus mengetikkan kata-kata yang tertera di badannya untuk mengalahkannya. Kalau salah pencet, dia akan melompat makin dekat kita dan mungkin mencaplok kita. Dan untuk mengarungi lautan buas itu mula-mula kita diberi jatah tiga nyawa.

Tantangan yang makin menjadi-jadi berasal dari variasi kata dan kecepatan para makhluk laut itu. Gampang saja kalau hiu itu menanggung kata tiga huruf satu tema, seperti seperti axe dan hoe. Tapi lain ceritanya kalau berhadapan dengan kata berhuruf acak atau kata yang lebih panjang atau kata yang sebentar-sebentar berubah. Barangkali saya lebih mudah menaklukkan kata bermakna karena saya lebih terbiasa dengannya daripada kata dengan susunan huruf acak. Jadi koordinansi indra saya lebih luwes.

Saya lancar-lancar saja membasmi piranha yang hanya menyandang satu huruf. Tapi saya tidak pernah berhasil menumpas ubur-ubur padahal mereka tidak mengancam. Mungkin justru itulah sebab kegagalan saya. Ubur-ubur itu tidak mengancam! Saya akan lebih buru-buru mengetik kalau saya terancam mampus dimakan hiu atau piranha. Saya jadi bertanya-tanya sendiri. Apakah saya adalah makhluk yang baru memaksimalkan potensinya kalau terdesak saja? 

Demikianlah. Typer Shark Deluxe bukan saja menjadikan mengetik seperti upaya nyata untuk bertahan hidup di tengah lautan gelap penuh ancaman, melainkan juga memantik renungan-renungan penuh manfaat bagi jiwa. Jadi kalau kamu sedang merasa suntuk dengan tugas mengetikmu, kamu bisa menyegarkan diri barang satu jam dengan hiu, piranha, dan ubur-ubur di lautan penuh harta ini. Mungkin sedikit tambah pening kalau sudah mulai muncul renungan-renungan semacam tadi. Kalau sudah begitu, saran saya: mainkan pada tingkat kesulitan paling maksimal. Niscaya orang-orang yang melihatmu tanpa tahu apa yang ada di layar akan menyangka kamu sedang kesurupan Dewa Fokeus Gawe padahal ngegim.

Jumat, 19 Oktober 2018

Orang-Orang Malam - Fyodor Dostoevsky


Pegangan di Tengah Keadaan Putus Asa

Judul Buku: Orang-Orang Malang
Penulis: Fyodor Dostoevsky
Penerjemah: Hartono Hadikusumo (diterjemahkan dari Bahasa Inggris)
Penerbit: OAK
Tahun Terbit: 2017 (pertama kali terbit dalam Bahasa Rusia tahun 1846)


Bagaimana cara orang yang banyak diinjak-injak lingkungannya berusaha meneruskan hidup? Orang-Orang Malang karya Fyodor Dostoevsky mengajukan suatu kemungkinan jawabannya lewat surat-surat antara seorang juru salin tua dan seorang gadis anak almarhum pengurus tanah.

Gadis itu bernama Varvara Alexeyevna, tapi kadang nama belakangnya disebut Dobroselova dan nama depannya lebih sering disebut Varenka. Dia sudah menjadi seorang yatim piatu selama surat-surat dalam buku ini ditulis. Dia tinggal bersama kenalan keluarganya yang kemudian ternyata mencuranginya. Dia sakit-sakitan dan sering tidak punya uang. 

Yang membantunya hanya dua orang, yaitu Fedora dan Makar Alexeyevich. Fedora membantunya saat sakit dan kadang mencarikan pekerjaan. Saat kesulitannya masih tertanggungkan, seringkali dia merasa sungkan dengan kebaikan-kebaikan Makar Alexeyevich, bahkan mengembalikannya. Tapi, saat sedang sangat terdesak, dia mendukung Makar Alexeyevich mendapatkan uang banyak. 

Agaknya pengalamannya sebagai anak pengurus tanah membuatnya memilih jalan mudah dalam keadaan sangat terdesak. Pada akhir cerita dia memutuskan untuk pasrah pada persekongkolan Anna Fyodorovna, orang yang menampungnya, dan Tuan Bykov, seorang tuan tanah, untuk menjodohkannya dengan tuan tanah itu, dan meninggalkan Makar Alexeyevich.

Makar Alexeyevich yang kadang nama belakangnya disebut Devushkin adalah seorang juru salin kere yang suka diolok-olok orang-orang di kantornya. Sikap semacam itu juga menimpanya di tempat lain, misalnya di kosannya. Oleh beberapa orang yang suka main kartu dia dianggap terlalu banyak bicara yang aneh-aneh.

Memang sastra adalah satu hal yang dijadikannya pelipur. Pada beberapa surat dia panjang lebar membicarakan karya sastra, seperti Kisah-Kisah Belkin karya Pushkin dan Mantel Ajaib karya Gogol, dan hal-hal yang berkaitan dengan sastra. Dia bahkan berhasrat untuk menjadi penulis. Hasrat ini ditampakkan juga pada kesukaannya nongkrong dengan Ratazyayev, seorang penulis yang tinggal di kosan yang sama, walaupun pada suatu kesempatan dia sangat kesal dengan Ratazyayev karena hal-hal yang berkaitan dengan sikapnya. Meskipun suka membaca, isi surat Devushkin cenderung melompat-lompat.

Ini bisa jadi disebabkan juga oleh salah satu pelipurnya yang lain: minum-minum. Agaknya beberapa surat itu ditulis saat Devuskhin mabuk. Pada suatu ketika kebiasaan minum-minum itu berdampak fatal baginya.

Pelipurnya yang ketiga dan yang paling utama adalah Varenka. Dia menyediakan dirinya untuk diceritai Varenka. Dia bahkan bersikap royal pada Varenka dengan membelikannya segala macam dan mengajaknya bepergian, walaupun dia sendiri kekurangan uang untuk hidupnya sehari-hari, suatu hal yang ditutup-tutupinya. Sebagaimana berkali-kali dinyatakannya, Varenka adalah alasannya bertahan hidup. Makanya, dia berusaha meyakinkan Varenka untuk tidak memperhatikan olok-olok orang-orang saat hubungan mereka diketahui. Tapi, pada akhirnya dia meratap sendiri karena Varenka dinikahi Tuan Bykov.

Keadaan terinjak-injak membuat Orang-Orang Malang Dostoevsky mencari-cari di tengah putus asa suatu hal yang bisa membebaskannya walaupun pegangan mereka itu rapuh. Sikap itulah yang kadang membuat tragedi itu terasa seperti komedi di sini.

Senin, 15 Oktober 2018

Scott Pilgrim Versus The World - Edgar Wright


Lima Jurus (Adegan) Cetar Membahana Scott Pilgrim

Judul Film: Scott Pilgrim vs. The World
Sutradara: Edgar Wright
Penulis Naskah: Michael Bacall
Ide Cerita: Bryan Lee O’Malley (komik)
Pemeran: Michael Cera, Mary Elizabeth Winstead, dll.
Rumah Produksi: Marc Platt Productions, Big Talk Films, Closed on Mondays
Distributor: Universal Pictures
Tahun Rilis: 2010


Film memperkuat peristiwa yang disampaikannya dengan mengatur tata gambar dan tata suaranya. Scott Pilgrim vs. The World adalah salah satu film yang memberdayakan gambar dan suaranya untuk membuat penonton berseru,“Mantap Jiwa!” pada peristiwa-peristiwa yang kalau tidak dibegitukan akan tampak biasa saja. Tanpa segala jurus audiovisual itu cerita dalam film ini akan tampak seperti rangkaian pertengkaran seorang lelaki dua puluhan dengan para mantan kekasih perempuan yang sedang dipacarinya. Jadi, pamer jurus dimulai!

Untuk pemanasan mari kita lihat jurus banyolan berulang. Yang paling kentara adalah ketika ada orang yang mengomentari potongan rambut Scott, misalnya Envy Adams atau Knives Chau. Cut pertama berisi gambar wajah Scott dengan suara orang yang berkomentar. Lalu dengan jembatan suara orang tadi gambar berpindah pada wajah si pengomentar tadi. Sekuen itu diakhiri dengan gambar Scott yang ujug-ujug sudah mengenakan topi berpenutup kuping. Montase itu tidak disertai efek suara. Tapi suasana seperti segalanya baik-baik saja itu justru makin menonjolkan betapa wajah sok kalem Scott sebenarnya topeng untuk menutupi rasa minder akan gaya rambutnya itu.

Jurus kedua namanya adalah jurus hal biasa jadi cetar membahana. Jurus ini dipakai Edgar Wright juga dalam trilogi Cornetto Tiga Rasa. Misalnya, dalam Shaun of the Dead dia mengolah adegan kencing dan mengoles selai ke roti dengan cut cepat memberondong dan sorotan super dekat. Jadi tindakan sepele itu jadi amat cetar membahana. Dalam Scott Pilgrim, jurus itu diterapkan pada adegan Scott membaca surel Matthew Patel. Dimulai dengan adegan polos Scott membaca lengkap dengan “blablabla”. Lalu kamera mendekat pada Scott bersamaan dengan suara gemuruh makin nyaring dan debum. Adegan itu makin intens dengan ekspresi sangsi Scott, “Ini... Ini... Ini...” Kemudian sebelum klimaks (atau lebih tepatnya antiklimaks) Wallace bertanya greget, “Ini apa?” Semua itu meledak secara antiklimaks dengan Scott berwajah malas berkata, “Membosankan.”

Jurus selanjutnya saya sebut jurus kata-kata nongol menggondol perhatian. Jurus ini ditembakkan dalam banyak ragam. Di sini akan dibahas dua saja. Sebab, sejujurnya saya agak galau menentukan mana yang lebih sip. Pertama, kata-kata yang nongol pada diagram kepemilikan barang di kamar kosan Scott dan Wallace. Isinya adalah nama benda dan pemiliknya. Kata-kata berwarna putih itu muncul dalam kotak hitam seiring dengan suara seperti suara mesin cetak dot matrix. Adegan itu serupa sesi pemajangan dagangan pada acara-acara jualan. Kedua, adegan Stephen Stills panik ketika melihat Crash and The Boys manggung. Tulisan yang keluar satu per satu seirama dengan gerak bibirnya makin menonjol karena suara yang terdengar hanyalah musik Crash and The Boys. Stephen mondar-mandir histeris sementara teman-temannya mematung walaupun bukan karena alasan yang sama dengan dia.

Jurus keempat dijamin akan mengingatkan kita pada gaya iklan JD.id. Yang saya maksud adalah adegan begitu Scott memutuskan hubungan dengan Knives Chau. Transisi montasenya berupa penggulungan ke kiri layar tiga gambar. Gambar knives menangis berlatar hitam dan Scott yang duduk di bis, berselingan dengan sorotan makin dekat dalam tiap selingannya. Klimaksnya adalah Ramona tersenyum berlatar hitam lalu Scott yang termenung jadi ceria. Bukan hanya gaya visualnya, gaya lagu pengiring adegan itu pun mirip dengan yang digunakan pada iklan “Ah, kena tipu! Barang palsu!” Sekadar informasi, lagu pengiring itu adalah “Teenage Dream” yang berisi rengekan Marc Bolan diiringi T-Rex. Sepertinya adegan-adegan muram durja menderita macam itu amat cocok diiringi lagu gaya begitu.

Jurus yang terakhir secara harfiah mengandung jurus. Sebab jurus ini berupa adegan kelahi dengan unsur visual dan aural komik dan gim kelahi seperti Street Fighter. Kalau hanya menghitung jumlah kelahi Scott dengan para mantan kekasih Ramona, setidaknya ada tujuh adegan kelahi. Tapi di sini kita bahas dua saja, yakni Scott versus Matthew Patel, mantan pertama Ramona, dan Scott bersama Knives versus Gideon, mantan terakhirnya.

Selain efek suara berwujud aksara bergaya ala komik dan kilat-kilat ayunan tangan dan kaki yang menghantam, selalu ada efek suara dan aksara K.O. tiap kali lawan Scott terkena hantaman terakhir seperti dalam gim. Pertarungan makin sinematik dengan nyala lampu sorot panggung, dinamika gerak lambat dan gerak cepat, dan sisi atas dan bawah layar menciut sementara sisi kiri dan kanan melebar. Semua itu memperdahsyat koreografi baku hantam itu. Tapi koreo paling asyik adalah ketika Scott dan Knives bahu-membahu melawan Gideon. Gerakan mereka serupa pemain gim ritme Ninja-Ninja Revolution. Hantaman-hantaman kombo mereka pun lebih dahsyat daripada kombo Scott pada Patel. Epik!

Saya harap dengan kombo jurus ini kamu masih kuat. Sebab sebenarnya Scott Pilgrim masih punya banyak jurus yang ditunjukkannya sepanjang film. Jadi sebagaimana seruan penuh semangat Kim tiap kali Sex Bob-Omb mulai manggung, saya ingin menjerit, “Ini dia Scott Pilgrim! Dan dia akan memberimu adegan-adegan duaaaashyaaat! Tu-wa-ga-pat!”